JAKARTA – Jet tempur Dassault Aviation Super Etendard bikinan Prancis, mencatat sejarah sekaligus menjadi kebanggan Angkatan Laut Argentina di masa Perang Falkland 1982.
Tepat 4 Mei, 41 tahun silam dua jet tempur Dassault Super Etendard Angkatan Laut Argentina menyerang kapal perusak berpeluru kendali (Destroyer) HMS Sheffield milik Angkatan Laut Kerajaan Inggris.
Dimasa itu, kapal perang destroyer itu merupakan armada andalan dan kebanggaan bagi Royal Navy. Lewat sejumlah teknologi serta persenjataaanya yang tergolong canggih saat itu.
Tenggelamnya HMS Sheffield milik Royal Navy itu, tentunya mencoreng muka Kerajaan Inggris. Lantaran selalu membangga-banggakan armada lautnya yang besar dan canggih. Tetapi kenyataan di Perang Falklands, armada kelas HMS Sheffield tidak mampu berbicara banyak dan tenggelam.
Kedua pesawat tempur Argentina itu dikerahkan ke medan Perang Malvinas atau Falklands. Super Etendard Argentina saat itu menembakkan rudal antikapal jenis AM39 Exocet buatan Prancis ke kapal HMS Sheffield.
Akibatnya, kapal perang destroyer Angkatan Laut Kerajaan Inggris itu rusak berat. Bahkan, lewat Perang Falklands itu jet Super Etendard dan rudal Exocet AM39 menjadi terkenal.
Meskipun gagal menghancurkannya, namun mereka berhasil merusak HMS Sheffield dan menewaskan 20 orang awak kapalnya akibat hantaman rudal AM39 Exocet.
Ternyata kerusakan akibat hantaman rudal AM39 Exocet sangat parah. Bahkan enam hari kemudian setelah kejadian itu tepatnya 10 Mei 1982, HMS Sheffield pun tenggelam saat ditarik menuju pangkalan.
Kemudian tanggal 21 Mei di tahun yang sama, kapal perang AL Inggris lainnya yaitu HMS Ardent juga diserang tiga jet tempur Super Etendard Argentina.
Mereka menembaki kapal juga dengan rudal antikapal AM39 Exocet. Akibat insiden tersebut sedikitnya 22 pelaut Inggris tewas hari itu.
Dikutip dari Angkasa, tersebutlah sosok seorang pilot dari 2a Escuadrilla Commando de Aviacion Naval Argentina (Armada Argentina) bernama Augusto Cesar Bedacarratz.
Nama Augusto Cesar Bedacarratz mendadak terkenal dalam pertempuran Falklands karena berhasil menenggelamkan HMS Sheffield.
Prestasi bagi negaranya, namun mimpi buruk bagi lawannya yakni Inggris. Bedacarratz ialah seorang pilot tempur yang menerbangkan jet tempur Super Etendart AL Argentina.
Tatkala perang berkecamuk, skuadron tempat Bedacarratz bertugas mengemban misi amat berbahaya, yakni bertugas membombardir armada Inggris yang mengepung Goose Green yang termasuk kepulauan Malvinas.
Pada 4 Mei 1982, Bedacarratz dan rekannya Letnan Armando Mayora ditugasi untuk menyerang kapal perang canggih milik Royal Navy, HMS Sheffield. Bedacarratz tahu jika HMS Sheffield adalah kapal canggih yang dikhususkan untuk pertahanan anti serangan udara.
Angkatan Laut Argentina mendapatkan jet Super Etendard pada akhir tahun 1970-an. Sebanyak 14 pesawat dimiliki, dan ditempatkan di kapal induk yang bernama ARA Veinticinco de Mayo.
Saat ini jet tempur Super Etendard Argentina hanya tersisa 11 pesawat. Tiga di antaranya jatuh/rusak. Akibat kekurangan suku cadang, dan pesawat akhirnya di-grounded.
Bahkan tahun 2019 lalu, tercatat hanya lima unit jet tempur Super Etendard saja dalam kondisi baik, namun semua tak lagi terbang.
Meskipun telah dipensiunkan, namun jet tempur Super Etendard Angkatan Laut Argentina ini selalu dikenang dan menjadi kebanggaan yang mendalam.
Kebanggaan yang bersejarah itu lantaran keberhasilannya dalam misi Perang Falklands) yang berlangsung dari 2 April hingga 14 Juni 1982.
Jet Super Etendard berhasil menenggelamkan dua kapal perang Kerajaan Inggris, dan melambungkan nama rudal Exocet dan menjadikannya banyak pilihan Angkatan Laut dunia di era itu.
Spesifikasinya, jet tempur buatan Prancis ini dibekali satu mesin turbojet Snecma Atar 8K-50, dan memiliki daya dorong sebesar 49 kN.
Super Etendard mempunyai kecepatan terbang maksimumnya 1.205 km/jam, dengan jangkauan maksimum 1.820 km. Untuk jangkauan termpurnya 850 km.
Rudal AM39 Exocet
Rudal Exocet AM 39 digunakan militer Argentina dalam Perang Falkland melawan Inggris di tahun 1982 dan akibatnya sungguh luar biasa.
Sebanyak enam kapal perang Inggris berhasil ditenggelamkan oleh rudal Exocet dan satu kapal induk, yakni HMS Invincible, dibuat rusak hanya oleh satu tembakan rudal Exocet AM 39.
Lantaran menjadi jawara pada perang itu, lantas rudal anti kapal Exocet menjadi buruan bagi beberapa negara di dunia termasuk militer Indonesia.
Hingga saat ini rudal-rudal Exocet AM39 milik Indonesia masih tersimpan dengan baik. Termasuk Exocet varian lebih maju MM40 Block II dan Exocet MM40 Block III.
Pada 2015 lalu, KRI Bung Tomo bahkan sudah melakukan uji coba penembakan rudal Exocet MM40 Block II di Laut Jawa dengan sasaran tembak yakni eks KRI Kupang dan berhasil dengan sangat baik.
Rudal Exocet diciptakan pertama kali oleh serikat MBDA Eropa divisi Aérospatiale (yang juga adalah cabang Perancis untuk pasukan Anglo-Perancis yang membina Concorde).
Misil ini juga adalah salah satu dari misil dari permukaan ke permukaan atau udara ke permukaan. Pembangunan berawal pada tahun 1967.
Misil pada kapal yang dinamakan MM38 Exocet muncul pada tahun 1974, dan mulai dipergunakan angkatan laut Prancis pada tahun 1979.
Sementara, rudal kompetitor sejenis Exocet adalah, hasil produksi Amerika Serikat (AS) yakni rudal Harpoon, Cina Yingjidan Swedia RBS15.
Dengan mengukir sejarah menenggelamkan HMS Sheffield Inggris di Perang Falkland, 32 negara dari daratan Asia temasuk Indonesia, Eropa hingga negara-negara arab dan Afrika serta benua amerika memiliki rudal Exocet berbagai varian.
Exocet diproduksi dalam beberapa versi termasuk:
MM38 (Peluncur permukaan)
AM38 (peluncur helicopter)[1][2]
AM39 (Peluncur udara)
SM39 (Peluncur kapal selam)
MM40 (Peluncur permukaan)