Jalan Panjang Perjuangan Taliban
Kemunculan kelompok Taliban berawal dari faksi religius dan politik ultrakonservatif yang berkembang di Afghanistan pada pertengahan 1990-an. Kelompok Taliban muncul seiring mundurnya tentara Soviet, jatuhnya rezim komunis Afghanistan, dan kacaunya ketertiban sipil, seperti dilansir dari Encyclopaedia Britannica.
Taliban berasal dari bahasa Pashto yang artinya murid atau dalam bahasa arab berarti thalib. Asal nama Taliban diambil dari anggota kelompok Taliban, yang mayoritas merupakan siswa madrasah yang diperuntukkan bagi pengungsi Afghan di utara Pakistan pada 1980-an.
Kekuatan Taliban membesar seiring dukungan rakyat, terutama dari kelompok etnis Pashtun di selatan Afghanistan dan bantuan dari unsur-unsur Islam konservatif di luar negeri. Bantuan tersebut membuat Taliban dapat merebut Kabul, ibu kota Afghanistan dan menguasai Afghanistan.
Taliban muncul pada 1994 sebagai kekuatan yang menginginkan ketertiban sosial di Provinsi Kandahar, selatan Afghanistan. Dengan cepat, kelompok ini menaklukkan panglima perang lokal yang menguasai selatan negara tersebut.
Perlawanan terhadap kekuatan Taliban muncul terutama dari kelompok etnis non-Pashtun, seperti Tajik, Uzbekistan, dan Hazara. Kelompok-kelompok ini memandang kekuatan Taliban adalah kelanjutan dari hegemoni Pashtun. Pada 2001, Taliban menguasai seluruh wilayah Afghanistan, kecuali sebagian kecil di utara negara.
Dalam masa kekuasaan Taliban itu, opini global sebagai besar menentang kebijakan sosial Taliban. Sejumlah kebijakan tersebut terkait dengan perempuan, peninggalan agama non-Islam, dan penerapan hukum pidana yang keras. Taliban melarang kehidupan publik untuk perempuan, termasuk pelarangan akses pada pendidikan dan pekerjaan. Taliban juga melakukan penghancuran peninggalan artistik non-Islam secara sistematis, seperti yang terjadi di Kota Bamiyan.
Baca juga: Taliban Kepung Penentangnya dan Serukan Perdamaian
Selain itu, Taliban menerapkan hukuman pidana yang keras, termasuk hukum gantung. Hanya Arab Saudi, Pakistan, dan Uni Emirat Arab yang pernah mengakui rezim tersebut.
Penolakan Taliban untuk mengekstradisi pemimpin Al-Qaeda, Osama bin Laden ke AS terkait serangan di World Trade Center, New York City dan Pentagon, DC pada 11 September 2021 memicu konfrontasi militer dengan AS dan kekuatan sekutu.
Sejak 2001, pemberontakan Taliban terhadap pasukan AS dan NATO berlanjut setelah digulingkan dari kekuasaan. Taliban disebut mendanai upayanya sebagian besar melalui perdagangan opium. Meskipun diusir dari Kandahār, pemimpin Taliban Mullah Mohammad Omar dilaporkan terus mengarahkan pemberontakan dari lokasi yang tidak diketahui. Mullah disebut berada di Pakistan, meskipun hal ini dibantah Taliban.
Pada Juli 2015 pemerintah Afghanistan menemukan bahwa Omar telah meninggal pada 2013 di sebuah rumah sakit di Pakistan. Mullah Akhtar Mansour ditunjuk sebagai penggantinya. Mansour terbunuh dalam serangan udara AS di Pakistan pada Mei 2016.
Haibatullah Akhundzada mengambil kepemimpinan Mansour meskipun perannya sebagian besar terbatas pada bidang politik dan agama. Sayap militan Taliban berkembang di bawah arahan jaringan Haqqani. Sirajuddin, pemimpin Haqqani, menjabat sebagai wakil pemimpin Taliban.
Ketahanan Taliban dari invasi dan ketidakmampuan pemerintah pusat Afghanistan untuk melakukan kontrol di seluruh negeri mendorong pemerintah pusat untuk mencari rekonsiliasi dengan Taliban. Tetapi, Taliban tetap melihat pemerintah pusat sebagai pemerintahan yang tidak sah secara fundamental.