Batam – Badan Restorasi Gambut dan Mangrove menargetkan rehabilitasi 5.500 hektare mangrove di wilayah Lingga, Natuna, Batam, Karimun dan Bintan, Provinsi Kepulauan Riau pada 2021.
Deputi Perencanaan & Evaluasi BRGM Satyawan Pudyatmoko dalam webinar, Kamis, menyatakan target rehabilitasi mangrove di Kepri awalnya seluas 8.178 hektare, namun akhirnya dikurangi menjadi 5.500 hektare.
“Sasaran rehabilitasi mangrove di Kepri 2021 targetnya 5.500 hektare,” kata dia dalam webinar Sosialisasi Percepatan Rehabilitasi Mangrove di Kepri, Kamis.
Berdasarkan data, terdapat 37.432 hektare mangrove kritis di Kepri. Seluas 24.937 hektare di antaranya adalah kawasan hutan dan 12.495 hektare lainnya nonkawasan hutan.
Kepala Kelompok Kerja Pengembangan Usaha Masyarakat Cyprianus Nugroho Sulistyo menyatakan pihaknya melancarkan strategi demi mempercepat rehabilitasi mangrove, di antaranya dengan pembentukan desa peduli mangrove sebagai ujung tombak kegiatan yang berkelanjutan.
Pihaknya juga melakukan koordinasi dan sinergi dengan sejumlah pihak, melakukan edukasi dan sosialisasi Gerakan Cinta Mangrove serta melakukan rehabilitasi secara terukur dan berkelanjutan.
Pihaknya mencatat, realisasi rehabilitasi mangrove mencapai 989 hektare dengan luas tanam sebesar 573 hektare dan melibatkan 276 tenaga kerja.
Kepala Badan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai Hutan Lindung Sei Jang Duriangkang, Bontor L Tobing, menyatakan rehabilitasi mangrove dilakukan dengan beberapa cara di Kepri, di antaranya pola murni, tumpangsari, rumpun berjarak, dan pengkayaan tanaman.
Dalam kesempatan itu, ia menyampaikan rehabilitasi mangrove di Kepri penting, terkait dengan batas negara Indonesia.
“Karena pulau kecil sebagian menjadi batas teritorial dengan negara lain,” kata dia.
Selain itu, rehabilitasi mangrove juga dapat meningkatkan ekonomi warga. Ia percaya dengan memperbaiki kondisi mangrove sekaligus dapat memperbaiki perilaku sosial, praktik ekonomi dan masyarakat sekitar ekosistem.
“Dengan rehabilitasi mangrove, nelayan Natuna mengaku ada peningkatan tangkapan. Dengan begitu, masyarakat akan menjaga dan memelihara tanaman,” kata dia.
Kondisi ekosistem mangrove yang baik juga dapat meminimalkan potensi bencana. Seperti yang terjadi di Kepri pada awal 2021, saat terjadi banjir di Batam, Bintan dan Tanjungpinang.
“Kawasan mangrove menjadi benteng. Tetapi karena mangrove berubah fungsi menjadi pemukiman, maka air langsung masuk,” kata dia.
Pewarta : Antara
Editor : MD Yasir