Kepala Batan Anhar Riza Antariksawan mengatakan lembaganya melakukan kegiatan penelitian dan pengembangan terkait pengelolaan limbah plastik dengan memanfaatkan ilmu pengetahuan dan teknologi (Iptek) nuklir.
Kegiatan itu bahkan juga mendapat dukungan dari Badan Tenaga Atom Internasional (International Atomic Energy Agency/IAEA) dalam satu proyek yang bernama program Nuclear Technology for Controlling Plastic Pollution (NUTEC Plastics).
IAEA meminta Indonesia untuk menjadi negara percontohan (pilot country) untuk tiga fase proyek implementasi NUTEC Plastics, yaitu penguatan penanganan limbah plastik di sektor hilir, pembangunan demo plant, dan upstreaming pemanfaatan teknologi iradiasi penanganan limbah plastik.
Pada prinsipnya, melalui pemanfaatan Iptek nuklir, Batan berupaya menangani dua hal yakni pertama adalah pemanfaatan iradiasi untuk mengolah sampah plastik menjadi komposit kayu plastik atau Wood Plastic Composite (WPC), yakni suatu bahan yang nantinya bisa dimanfaatkan untuk berbagai produk rumah.
Kedua adalah melakukan analisis pergerakan mikroplastik, yaitu limbah plastik mikro yang tersebar di pantai atau laut. Analisis itu dilakukan dengan menggunakan radio isotop tertentu sebagai perunut.
Menurut Koordinator Bidang Proses Radiasi Pusat Aplikasi Isotop dan Radiasi (PAIR) Batan dan National Project Coordinator RAS1024 terkait project Recycling Plastics Tita Puspitasari, pengelolaan limbah plastik dengan memanfaatkan Iptek nuklir dilaksanakan menggunakan teknologi radiasi pengion baik yang bersumber dari sinar gamma maupun mesin berkas elektron untuk memodifikasi material.
“Sehingga dihasilkan material fungsional baru yang memiliki nilai tambah. Saat ini kegiatan tersebut dilakukan melalui proyek kerja sama teknis regional yang diinisiasi IAEA yakni proyek RAS1024,” katanya.
Pemanfaatan iradiasi untuk mengolah sampah plastik dapat digunakan untuk mengembangkan produk baru, salah satunya berupa Wood Plastics Composite (WPC) atau disebut komposit kayu plastik yang dibuat berbasis limbah plastik dan limbah biomassa.
Produk itu bisa dipakai untuk menggantikan produk kayu baik untuk produk di dalam ruangan (indoor) maupun di dalam ruangan (outdoor).
Kelebihan produk komposit tersebut adalah tahan air dan rayap akan tetapi memiliki penampakan seperti kayu. Pengolahan sampah plastik seperti polietilena (PE) dan polipropilena (PP) yang banyak dipakai sebagai kemasan sekali pakai untuk dibuat produk komposit itu, maka akan memperpanjang masa pakai plastik tersebut sehingga bisa mengurangi potensi pencemaran.
Dalam pembuatan komposit tersebut dibutuhkan bantuan suatu bahan yaitu compatibilizer yang dapat memadukan komponen plastik dan biomassa sehingga campurannya menjadi lebih homogen.
Teknologi radiasi dapat berperan untuk menghasilkan compatibilizer melalui teknik kopolimerisasi cangkok menggunakan radiasi; nanoselulosa dari limbah biomassa melalui teknik degradasi radiasi; dan meningkatkan kekuatan mekanik komposit melalui teknik ikatan silang radiasi.
Pengembangan prototipe produk itu diharapkan sudah bisa rampung di akhir proyek RAS1024 yaitu di akhir tahun 2024 jika situasi dan kondisi bisa segera kembali kondusif.