TANJUNGPINANG – Sejumlah tenaga honorer cemas memikirkan nasibnya, setelah Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (Menpan-RB) terkait penghapusan tenaga honorer tahun 2023.
Terlebih, tenaga honorer di Tanjungpinang ada yang sudah bekerja lebih dari sepuluh tahun.
Fera Hanggraini, salah seorang tenaga honorer yang sudah bekerja menjadi honorer selama 17 tahun ini mengatakan, sangat sedih dengan keluarnya kebijakan tersebut.
“Kami mendengar itu sangat sedih rasanya. Soalnya kami kerja udah belasan tahun bekerja sebegai honorer, dengan gaji yang kecil,” kata Fera saat ditemui, Rabu (07/06).
Ia juga mengakui takut dan kebingungan dengan nasibnya nanti, jika keputusan itu ditangani oleh daerah dan menjadikan mereka outsourcing.
“Kalau outsourcing, kami bingung apakah gaji kami lebih besar atau dirumahkan kembali,” tambah dia.
Fera pun berharap, nasibnya bersama tenaga honorer lain dapat diperjuangkan dan wanita 45 tahun ini meminta agar tidak dirumahkan.
Baca juga: 19 Tahun Mengajar, Arnawi Harap Tak Ada Penghapusan Tenaga Honorer
Ia bercerita, jika selama ini gajinya sebagai honorer hanya cukup untuk makan, yang mana dirinya telah memiliki anak yang sedang kuliah.
Sementara itu, Suryati Roslan juga merasakan hal sama seperti Fera terkait keputusan yang diambil oleh Pemerintah Pusat.
Menurutnya, honorer sudah bekerja dan mengabdikan diri untuk masyarakat dan mendapatkan upah yang tidak sesuai.
“Cukup disayangkan aja. Saya cuman sendiri staffnya. Kalau honor diberhentikan, di Kelurahan Tanjungpinang Timur ini akan kurang kalau yang kerja cuman PNS,” ucapnya.
Ia berharap, Pemerintah tidak jadi menghapus tenaga honorer, karena THL ataupun PTT membutuhkan pekerjaan untuk kehidupan sehari hari.