Tiga Negara Baltik Sekutu NATO Takut Diinvasi Rusia, Bangun 600 Bunker

Wakil Menteri Kesiapan Pertahanan di Kementerian Pertahanan Estonia, Susan Lilleväli (kanan) saat bertemu Presiden Ukraina, Volodymyr Zelenskiy tahun 2022 lalu. (Foto:Dok/X-Susan Lilleväli)

BRUSSELS – Tiga negara Baltik sekutu NATO Latvia, Lithuania, dan Estonia telah sepakat untuk membangun jaringan 600 bunker.

Tujuan dibangunnya bunker tersebut, untuk menghalau dan mengalahkan invasi Rusia jika serangan pertama benar-benar terjadi.

Ketiga negara Baltik tersebut sudah lama takut menjadi target invasi berikutnya oleh Moskow setelah Ukraina yang hingga saat ini masih berlangsung.

Mengingat perbatasan ketiga negara itu dengan Rusia sepanjang 210 mil, dan sebagian besar dianggap hampir tidak dapat dilalui karena luasnya hutan dan lahan basah.

Kemudian pejabat Estonia mengatakan pemerintahnya berencana membangun sekitar 600 bunker. Bunker itu mereka harapkan dapat mencegah invasi dan pendudukan oleh Moskow.

“Perang di Ukraina telah menunjukkan bahwa merebut kembali wilayah yang telah ditaklukkan sangatlah sulit dan memerlukan banyak korban jiwa, waktu dan sumber daya material,” kata Wakil Menteri Kesiapan Pertahanan di Kementerian Pertahanan Estonia, Susan Lilleväli.

Lilleväli telah membicarakan mengenai proyek 60 juta Euro (USD64,7 juta), dalam briefing dengan para jurnalis pekan lalu mengenai rencana pertahanan itu.

“Selain peralatan, amunisi dan tenaga kerja, kita memerlukan instalasi fisik untuk mempertahankan negara kita secara efisien,” sambung Lilleväli.

Batalyon multinasional Enhanced Forward Presence milik NATO, yang dikerahkan secara bergilir ke negara-negara Baltik setelah aneksasi Crimea oleh Rusia pada tahun 2014 sampai KTT aliansi tersebut di Madrid pada tahun 2023, dan dipandang sebagai pasukan “trip-wire”, serta dirancang untuk menarik negara-negara sekutu ke dalam konflik daripada menghentikan pasukan invasi Rusia.

Para pemimpin sipil dan militer di Baltik mengecam status mereka sebagai negara sekutu NATO.

Invasi dahsyat Rusia dan pendudukan wilayah Ukraina tahun 2022, memicu perubahan strategis bagi aliansi tersebut.

Ketiga negara Baltik tersebut melihat langsung kengerian yang dialami warga Ukraina di Mariupol tepatnya di pinggiran kota Kyiv dan lainnya.

Sebelumnya, Perdana Menteri Estonia, Kaja Kallas pernah mengatakan pada 2022 bahwa negaranya akan “dihapus dari peta” jika menyerang pasukan Rusia berdasarkan rencana trip-wire NATO.

Garis pertahanan Baltik yang baru selaras dengan pendekatan ‘postur pertahanan depan dan pencegahan dengan penolakan’ yang diperbarui NATO.

Lilleväli berkata bahwa garis pertahanan itu bertujuan mempertahankan setiap inci wilayah sekutu setiap saat.

“Instalasi ini, pertama bertujuan untuk menghindari konflik militer di wilayah kami. Karena berpotensi mengubah perhitungan musuh,” ungkap Lilleväli.

“Langkah-langkah kontra-mobilitas dan fortifikasi telah memainkan peran penting dalam perang di wilayah kita sepanjang sejarah, misalnya di Finlandia, dan seperti yang ditunjukkan oleh perang di Ukraina, tindakan tersebut juga berlaku di abad ini,” paparnya, seperti dikutip Newsweek, Senin 12 Februari 2024.

“Instalasi tersebut harus menghalangi musuh untuk maju, dengan cepat di wilayah negara-negara Baltik. Jika terjadi serangan militer, akan menghentikan kemajuan musuh yang sudah berada di perbatasan kita,” paparnya.

“Koordinasi dengan Latvia dan Lithuania diperlukan untuk menghindari meninggalkan celah apa pun, karena situasi keamanan di kawasan kami tidak menunjukkan tanda-tanda perbaikan pada saat ini,” kata Lilleväli.

Pemerintah Rusia belum berkomentar atas rencana pembangunan jaringan 600 bunker oleh tiga sekutu NATO tersebut.