Tim SAR Hentikan Pencarian Nelayan yang Hilang usai Ditabrak Kapal Tanker

Personel SAR gabungan saat patroli mencari nelayan yang hilang pasca insiden ditabrak kapal tanker sepekan lalu. (Foto:Istimewa)

NATUNA – Pihak Kantor Pencarian dan Pertolongan atau Basarnas Natuna, Kepulauan Riau menghentikan operasi pencarian seorang nelayan asal Anambas yang hilang saat perahunya ditabrak kapal tanker dihentikan.

Nelayan bernama Gusti Alis (61), hilang di laut sejak Ahad (21/8) di Perairan Barat Pulau Jemaja, Anambas setelah kapalnya di tabrak tanker saat mencari ikan.

Saat ini, status pencarian Gusti Alis beralih ke pemantauan. Operasi pencarian akan kembali dilanjutkan jika ditemukan tanda-tanda keberadaan korban.

Kepala Kantor Pencarian dan Pertolongan Natuna, Mexianus Bekabel mengungkapkan, tim SAR gabungan terdiri dari Pos SAR Anambas, TNI-Polri dan masyarakat telah menghentikan operasi pencarian Gusti Alis (61) nelayan asal Letung, Kecamatan Jemaja.

Gusti hilang pasca ditabrak kapal tangker, saat mencari ikan bersama rekannya Mukhtar pada posisi 02°59’N – 105°02’E sekitar 39 Nm Barat Pulau Jemaja, Ahad (21/08) lalu.

Mexi menambahkan, operasi pencarian terakhir dilakukan seluas 2 ribu Nautical Mile (Nm) dari lokasi kejadian.

“Tim sudah menghentikan pencarian. Status saat ini hanya pemantauan, dan jika ada tanda-tanda maka akan kembali dilakukan pencarian ulang. Saat ini tim sudah kembali ke Tarempa,” ucap Mexi kepada Ulasan.co, Sabtu (27/08).

Baca juga: Kapal Nelayan Anambas Ditabrak Tanker, Seorang Nelayan Hilang

Ia menyebutkan, operasi dihentikan tim SAR gabungan lantaran pertimbangannya karena minimnya ketersediaan Bahan Bakar Minyak (BBM) di wilayah Letung.

Mexi memaparkan, berdasarkan pasal 40 UU No 29 tahun 2014 tentang pencarian dan pertolongan, penghentian operasi pencarian dan pertolongan korban kecelakaan laut boleh dilakukan. Jika dalam tujuh hari korban tidak kunjung ditemukan.

Namun terkait penghentian pencarian itu, pihaknya juga sudah mengabari kepada keluarga korban. Bahkan keluarga korban sudah mengikhlaskannya.

“Keluarga pun sudah mau menerima,” ujar Mexi.

Dengan demikian, operasi berubah menjadi pemantauan dengan dibantukan oleh Stasiun Radio Pantai (SROP) yang berada di Kijang, Kabupaten Bintan.

“Kita juga meminta nelayan setempat untuk melakukan pemantauan,” kata Mexi.