JAKARTA – Kementerian Pertahanan (Kemhan) RI mendapat persetujuan dari Kementerian Keuangan (Kemenkeu) untuk pengadaan dua unit pesawat peringatan dini dan kontrol atau Airborne Early Warning and Control (AEW&C).
Kedua pesawat AEW&C itu, nantinya bakal menambah kekuatan TNI Angkatan Udara. Anggaran pembelian dua pesawat AEW&C itu bersumber dari skema pinjaman asing.
Sementara TNI AU sendiri sudah lama berencana, dan menargetkan untuk memiliki setidaknya empat pesawat AEW&C ini dengan mengajukan kebutuhannya sejak tahun 2014.
Di sisi lain, Kemenkeu menyetujui pinjaman sebesar 800 juta USD. Anggaran ini harus mencakup pengiriman dua pesawat, bersama dengan komponen terkait, peralatan servis, dan paket pelatihan pilotnya.
Persetujuan ini berarti, bahwa Kementerian Pertahanan (MoD) Indonesia sekarang dapat secara formal mulai mengevaluasi jenis pesawat yang cocok bagi TNI AU untuk program peningkatan tersebut.
TNI AU saat ini belum memiliki pesawat AEW&C. Sementara negara tetangga Indonesia di kawasan Asia Pasifik sudah memiliki pesawat AEW&C ini.
Seperti halnya Angkatan Udara Singapura atau Republic of Singapore Airforce (RSAF), telah mengoperasikan empat unit Gulfstream G550-EL/W-2085 buatan AS yang ditingkatkan versi Israel.
Kemudian, Angkatan Udara Thailand ATAU Royal Thai Air Force (RTAF) memiliki dua Saab 340 AEW&C. Angkatan Udara Australia atau Royal Australian Air Force (RAAF) memiliki armada terbesar dengan enam E-7A Wedgetail AEW&C.
Baca juga: Indonesia Bayar Uang Muka 18 Jet Tempur ‘Omnirole Fighter’ Rafale
AEW&C adalah sebuah sistem radar yang dibawa oleh sebuah pesawat terbang, yang dirancang untuk mendeteksi pesawat terbang lain. Pesawat AEW&C dalam mengawasi berbagai objek lintas udara lewat seabrek teknologi perangkat radar yang digotongnya.
Radar ini memiliki kemapuan mendeteksi keberadaan ancaman berbagai jenis pesawat terbang musuh. Sekaligus dapat membedakan antara pesawat terbang kawan dan pesawat terbang musuh dari jarak jauh.
Pada pemberiaan sebelumnya, Pemerintah Indonesia dilaporkan telah membayar uang muka untuk pembelian batch kedua 18 unit jet tempur omnirole fighter genera si 4.5 Rafale bikinan Dassault Aviation Prancis.
Kabar baik itu diwartakan media harian nasional Prancis La Tribune, Kamis (09/03). Indonesia sebelumnya, telah memesan batch pertama sebanyak 6 unit Rafale.
Ini adalah kabar baik bagi Dassault Aviation, yang telah membukukan pesanan dari Indonesia di tahun 2022. Indonesia menargetkan, bakal memiliki 42 unit Rafale secara bertahap lewat kesepakatan pada Februari 2022.
“Indonesia telah mengeluarkan anggaran untuk mengakuisisi 18 Rafale baru, setelah enam Rafale pertama mulai berlaku pada tahun 2022 (sekitar 1,3 miliar dolar),” tulis La Tribune, kemarin.
Selain itu, Indonesia juga tengah bersiap untuk membeli 12 unit jet tempur Mirage 2000-5 yang juga buatan Dassault Aviation Prancis bekas pakai Angkatan Udara Qatar.
Baca juga: Satu Unit C-130J-30 Super Hercules Perkuat Skadron Udara 31 TNI AU