Ukraina Kehilangan 69 Pesawat Tempur Sejak Diinvasi Rusia Februari 2022

Pesawat tempur MiG-29 dengan menggotong berbagai jenis rudal dan bersiap menyerang Rusia. (Foto:Doc/Airliners)

JAKARTA – Angkatan udara Ukraina tercatat sudah kehilangan total 69 pesawat tempur berbagai jenis sejak diinvasi Rusia pada 24 Februari 2022 lalu.

Data tersebut diungkap David Axe, seorang penulis melalui Forbes pada 6 Agustus lalu. Ia mengungkapkan, Ukraina kehilangan 62 unit pesawat tempur berbagai jenis di tahun 2022 lalu.

Sementara hingga Agustus 2023 ini, Ukraina kembali kehilangan 7 pesawat tempur yang kesemuanya adalah warisan era Uni Soviet.

Ketika perang dengan Rusia dimulai, Ukraina tercatat memiliki sedikitnya 125 unit atau lebih pesawat tempur bekas Soviet baik itu si cepat legendaris pabrikan Mikoyan-Gurevich (MiG) dan pabrikan Sukhoi.

Dari jumlah total tersebut, terdiri dari 50 unit jet tempur MiG-29, 30 unit Sukhoi Su-25, dan beberapa lusin Su-27 serta Su-24.

Setelah perang sengit berlangsung satu setengah tahun, Angkatan Udara Ukraina kehilangan tidak kurang dari 69 pesawat tempur.

Namun di sisi lain, Ukraina berhasil mempertahankan kekuatan keseluruhannya di garis depan dengan memulihkan badan pesawat tua dan mendarat serta membeli dari negara NATO 18 unit Su-25 dan 27 MiG-29.

Beberapa pengamat memperkirakan, serangan rudal Rusia mampu melenyapkan brigade tempur dan menyerang Ukraina dalam beberapa jam atau hari.

Baca juga: IAF Perpanjang Masa Pakai Jet Tempur MiG-29UPG hingga 2037
Pesawat tempur Angkatan Udaa Ukraina Sukhoi Su-27 ‘Flanker’. (Foto:Doc/Keyaero)

Namun perkiraan itu tidak terjadi. Dengan bantuan intelijen NATO, bahwa serangan Rusia akan datang. Lalu pesawat tempur serang Ukraina beserta kru menerbangkan pesawat mereka ke lapangan terbang kecil seperti landasan jalan raya.

Taktik dilakukan demi menghindari serangan awal di pangkalan utama mereka. Sehingga pilot serang Ukraina harus terbang serendah-rendahnya untuk meminimalkan paparan pelacak target elekronik rudal Rusia.

Armada jet tempur Sukhoi Su-25 mendapatkan roket Zuni buatan Amerika Serikat (AS), dengan jarak tembak dan akurasi untuk serangan ‘pelemparan roket’ khas mereka sejauh lima mil.

Sedangkan MiG-29 dan Su-27 mendapat dukungan dari AS, seperi rudal anti-radiasi berkecepatan tinggi yang berada di radar musuh dari jarak sejauh 80 mil.

Hal yang paling menonjol, angkatan udara telah Ukraina telah mempersenjatai Sukhoi Su-24 dengan dua jenis rudal jelajah yakni British Storm Shadow dan SCALP dari Prancis.Keduanya rudal dapat menempuh jarak 155 mil.

Hanya dalam beberapa minggu terakhir, rudal jelajah yang ditembakkan Su-24 telah meledakkan depot kendaraan Rusia dan menjatuhkan beberapa jembatan penting, yang membawa pasokan ke Ukraina selatan yang diduduki Rusia.

Pergeseran ke serangan stand-off, semua jet Ukraina kecuali Su-25 dapat menembakkan amunisi dari luar jangkauan sebagian besar pertahanan udara berbasis darat Rusia.

Hal itu tentunya telah meningkatkan harapan pilot Ukraina. Setelah menghapus lebih dari 60 jet tahun lalu, tahun ini angkatan udara tampaknya hanya kehilangan empat MiG-29, satu Su-24, satu Su-25 dan satu Su-27.

Sementara tingkat kerugian untuk tahun 2023 adalah seperlima dari tahun 2022.

Baca juga: Rusia Kerahkan Drone Intai BAS-200 di Palagan Perang Ukraina

Jika fase terbaru dari transformasi angkatan udara Ukraina mengadopsi amunisi Barat modern, fase berikutnya harus mengadopsi pesawat Barat.

Setelah berbulan-bulan lamanya diplomasi dilakukan, Inggris dan Belanda Mei lalu mengumumkan, bahwa mereka akan bekerja sama untuk melatih pilot Ukraina untuk menerbangkan jet tempur Lockheed Martin F-16.

Sementara itu Belanda mengisyaratkan, adengan menyumbangkan ke Ukraina beberapa dari sekitar tiga lusin F-16 aktif dan pensiun setelah pelatihan selesai.

Kemudian, seorang pejabat Gedung Putih tanpa disebutkan namanya mengatakan, bahwa rencana pelatihan bagi pilot Ukraina harus dilakukan menjelang akhir tahun.

Jet tempur Barat F-16 bukanlah pesawat baru. Pesawat F-16 yang akandisumbangkan Belanda ke Ukraina kemungkinan dibangun pada 1980-an, dan ditingkatkan secara mendalam 20 tahun kemudian.

Tetapi F-16 sepenuhnya kompatibel dengan beragam amunisi modern, misalnya mampu menembakkan rudal anti-radar HARM dalam mode paling akurat .

F-16 bukanlah senjata ajaib. Tapi itu akan membantu angkatan udara Ukraina untuk menembakkan lebih banyak rudal yang lebih baik bahkan lebih jauh dan lebih akurat daripada yang dilakukannya sekarang.

Awalnya Ukraina yang diperkirakan Rusia akan jatuh dalam 3-8 hari setelah dilakukan penyerbuan yang disebut Operasi Militer Khusus, nyatanya mampu bertahan hingga lebih 18 bulan saat ini.

Angkatan Udara Ukraina yang pada awal perang mengalami banyak kehilangan pesawat, kini telah mampu mengatur strategi dan mempertahankan pesawat-pesawat yang ada.

Penulis: BaraEditor: Adly Hanani