BINTAN – Warga Kampung Nendiang RT01/RW01 di Desa Mapur, Bintan Pesisir, Kabupaten Bintan, Kepri meminta Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Bintan bangun pelantar dari beton di wilayah tempat tinggal mereka.
Sebab pelantar yang ada di Kampung Nendiang tersebut, masih terbuat dari bahan kayu. Bahkan pelantar itu sudah berkali-kali roboh karena dimakan usia.
Informasi yang dihimpun ulasan.co, pelantar yang beralas papan tersebut sering terendam air laut saat air laut ketika pasang tinggi.
Apabila dihantam dengan gelombang laut, maka pelantar kayu itu terasa goyang saat berada warga melintas. Kondisi terebut tentunya membahayakan keselamatan warga.
Hal itu dibenarkan Ketua RT01/RW01, Zailyah saat dikonfirmasi terkait kondisi pelantar kayu yang kini masih dilintasi oleh warga setempat.
“Bukan hanya bergoyang (pelantar). Pelantar kami ini sudah sering roboh. Bahkan pelantar ini sudah puluhan kali roboh,” kata Zailyah.
Ketika roboh, dirinya bersama warga setempat sering melakukan gotong royong untuk memperbaiki pelantar yang sudah tenggelam ke dasar laut.
Baca juga: Pengaspalan Jalan Menuju Perkantoran Pemkab Bintan Telan Rp6 Miliar
Robohnya pelantar tersebut, dinilai akibat hantaman gelombang laut saat kondisi cuaca ekstrem. Sehingga tiang pondai pelantar yang berbahan kayu menjadi rapuh dan akhirnya pelantar roboh.
“Saya tidak ingat tahun berapa mulai robohnya pelantar ini. Tapi, sudah ada lah puluhan kali pelantar kami roboh sampai sekarang,” tegas dia.
Pelantar kayu itu, diklaimnya, hanya satu-satunya akses warga untuk bersilaturahmi dari rumah satu ke rumah lainnya, hingga menuju ke darat.
“Dulu ada 8 KK. Sekarang tinggal 3 KK saja. Karena warga lain sudah pindah ke Kijang,” ucap dia.
Dengan kondisi pelantar seperti itu, dia berharap kepada pemerintah Desa Mapur maupun Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Bintan untuk membantu memperbaiki pelantar kayu menjadi pelantar beton.
“Kita (warga) butuh pelantar bagus,” harap dia.
Baca juga: Pemkab Bintan akan Hitung Anggaran untuk Insentif Guru TPQ dan TKQ