Tanjungpinang – Para penggiat lingkungan di Tanjungpinang Kepulauan Riau (Kepri) yang tergabung di dalam Bank Sampah Kepri menyulap sampah menjadi pupuk. Hal ini dilakukan guna mengurangi jumlah sampah organik yang masuk ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA).
Anggota Bank Sampah Kepri Masrun mengatakan, Bank Sampah Kepri telah berhasil menyulap sampah organik menjadi Pupuk Cair Organik (PCO).
“Kami sudah berhasil untuk mengolah sampah organik menjadi pupuk cair organik,” kata Masrun di Markas Besar Bank Sampah Kepri, Jalan Batu Naga Nomor 3 Kelurahan Batu IX, Kota Tanjungpinang, Sabtu (26/6).
Ia menjelaskan, setiap 100 Kilogram sampah diolah akan menghasilkan sekitar 40 liter pupuk organik cair. Proses pengolahan sampah seberat 100 Kg itu memakan waktu dua hari.
Ketua Bank Sampah Kepri Cheng Ho menjelaskan, pengelolaan sampah itu merupakan upaya untuk mengurangi sampah yang masuk ke TPA Tanjungpinang.
“Tujuan kami jelas, yaitu agar sampah tidak bergerak ke tempat pembuangan akhir dan yang paling penting lingkungan kita bisa terjaga ,” jelasnya.
Baca juga: Waduh, TPA Ganet Tanjungpinang Nyaris Penuh
Ia menambahkan, pupuk cair organik miliknya sudah di uji cobakan ke beberapa tanaman dan hasilnya sangat memuaskan. Untuk saat ini sudah ada dua petani yang menggunakan pupuk hasil olahan Bank Sampah Kepri tersebut.
“Sekarang sudah ada dua petani yang membeli pupuk dari kami. Alhamdulillah pupuk kami bisa mengurangi biaya produksi mereka,” tuturnya.
Selain mengolah sampah organik, Bank Sampah Kepri telah mengolah sampah non organik menjadi Ecobrick. Ecobrick merupakan pemanfaatan sampah plastik ramah lingkungan yang dijadikan sebagai barang berguna seperti kursi atau meja dan lainnya.
Sebelumnya, Ahmad Beta, petani jeruk sambal (Jeruk Kasturi) di Kabupaten Bintan, Kepulauan Riau (Kepri) telah berhasil menekan biaya tanaman jeruknya setelah menggunakan PCO. Ia mengatakan, penggunaan PCO ini berhasil menambah profit sebesar enam puluh persen dari sebelumnya.
“Sejak pakai pupuk ini (PCO), sekali panen bisa mencapai seratus kilogram (Kg), kalau dulu hasilnya tak sampai segitu,” kata Ahmad ditemui di kebunnya di Km 29, Toapaya, Bintan, Minggu (20/06).
Pewarta: Muhamad Nurman
Redaktur: Albet