TANJUNGPINANG – Empat pedagang hingga kini masih bertahan berjualan di Pasar Puan Ramah, Jalan Kijang Lama, Kota Tanjungpinang, Provinsi Kepulauan Riau (Kepri).
Pasar Puan Ramah dulunya merupakan pasar relokasi sementara Pasar KUD yang dibangun. Proyek ini pun menghabiskan anggaran APBD Rp3 Miliar lebih.
Kondisi pasar yang diresmikan pada September 2022 itu, kini tampak memperihatinkan, sepi dan tidak terurus.
Terlihat dua orang pedagang berjualan seperti biasanya. Salah satunya kelihatan sedang menutup lapak.
Salah satu pedagang daging ayam yang masih bertahan, Sulaiman mengatakan, terdapat empat pedagang yang masih berjualan, yaitu dua pedagang ayam potong satu pedagang sayur dan satu penjual daging sapi.
Ia pun mengaku bertahan karena tidak mau berjualan di Lantai Dua Pasar KUD yang telah selesai dibangun yang menurutnya akan sepi pembeli. Selain itu, dlPasar Puan Ramah telah memiliki pelanggan tetap seperti pemilik rumah makan. “Alhamdulillah sehari 300 kilo masih terjual,” ungkapnya, Ahad 21 April 2024.
Namun, ia tidak memungkiri banyaknya pedagang yang meninggalkan pasar membuat pembeli harian ikut berkurang bahkan malah tidak ada sama sekali.
Bukan tanpa alasan, sejak pasar tersebut dibuka memang jenis barang dagangan yang dijual tidak lengkap. Bahkan sewaktu masih ramai ikan pun tidak dijual di pasar tersebut.
“Barang kurang lengkap siapa nak ke sini, tak mungkin pembeli bolak-balik ke pasar lain,” ungkapnya.
Sulaiman mengaku hingga saat ini masih membayar sewa lapak kepada BUMD Tanjungpinang sebesar Rp330 ribu.
Walaupun ia pernah mendapat kabar pasar itu akan ditutup pemerintah, ia mengaku masih enggan untuk pindah ke pasar KUD.
“Kan belum tahu juga ditutupnya kapan, lagipula pasar KUD kan belum diresmikan,” ujarnya.
Di.tempat yang sama, seorang pedagang sayur, Iskandar mengaku telah berjualan di lokasi itu hampir dua tahun. Namun kebetulan hari ini merupakan hari terakhirnya berjualan di Pasar Puan Ramah. “Besok saya pindah ke KUD,” ungkapnya.
Ia pun mengingat saat awal pasar relokasi itu dibuka masih lumayan ramai pembeli yang datang. Namun, semakin berjalannya waktu pembeli mulai meninggalkan tempat tersebut begitu juga pedagang.
“Kalau sekarang sehari paling cuma melayani dua hingga empat pembeli, kadang tak tentu juga,” ujarnya.
Baca juga: Akhirnya Pasar Puan Ramah Ditinggal Pedagang
Berbeda dengan Sulaiman, Iskandar justru tidak membayar lagi kios yang ia tempati. Menurutnya dulu ia hanya membayar Rp3,2 juta untuk mendapatkan kios dan uang penempatan sebesar RP500 ribu kepada BUMD.
“Setelah itu sampai sekarang tak ada bayar-bayar lagi,” kata dia. (*)
Ikuti Berita Ulasan.co di Google News