Dinkes Batam Imbau Masyarakat Waspadai Penyakit Diare Selama Musim Pancaroba

UPT Puskesmas Baloi Permai, Kota Batam. (Foto:Irvan Fanani/Ulasan.co)

BATAM – Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Batam terus meningkatkan pengawasan, terhadap penyakit berbasis air (waterborne diseases) seperti diare, selama musim pancaroba.

“Langkah itu diambil guna mengantisipasi potensi lonjakan kasus diare, akibat perubahan cuaca yang dapat memengaruhi daya tahan tubuh masyarakat,” ujar Kepala Dinkes Kota Batam, Didi Kusmarjadi.

Menurutnya, walaupun kasus diare sepanjang musim pancaroba cenderung stabil tanpa lonjakan signifikan. Pemantauan tetap dilakukan secara intensif, untuk memastikan kesiapan penanganan jika terjadi lonjakan kasus.

Berdasarkan data Dinkes, kata Didi, puncak kasus diare tahun 2024 tercatat pada Februari, dengan 251 kasus pada balita dan total 1.164 kasus di semua kelompok usia.

Setelahnya, lanjut dia, selama musim pancaroba dari September hingga November, jumlah kasus menunjukkan tren penurunan.

“Pada September, ditemukan 171 kasus pada balita dan 1.071 kasus pada semua umur. Angka ini menurun pada Oktober menjadi 188 kasus balita dan 997 kasus pada semua umur, hingga November dengan 165 kasus balita dan 968 kasus untuk semua umur,” sambung Didi.

Namun, Didi menegaskan pentingnya masyarakat menerapkan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) untuk mencegah penularan diare, terutama di musim pancaroba.

“Cuci tangan dengan sabun, minum air yang terjamin kebersihannya, konsumsi makanan matang, dan pemberian ASI eksklusif pada bayi adalah langkah utama pencegahan. Selain itu, vaksinasi rotavirus untuk anak-anak sangat dianjurkan,” tutur dia.

Didi juga mengingatkan, agar masyarakat lebih peduli terhadap kebersihan tubuh dan lingkungan agar risiko tertular penyakit dapat diminimalkan.

Untuk itu, Dinkes Batam akan terus memantau dan memberikan edukasi kepada masyarakat, terutama di musim pancaroba.

“Upaya deteksi dini dan pencegahan oleh Dinkes Kota Batam bertujuan, untuk melindungi kesehatan masyarakat dari dampak penyakit berbasis air yang berpotensi meningkat akibat kondisi cuaca yang tak menentu,” ungkapnya.