BRIN: Indonesia Sudah Mampu Produksi Secara Mandiri Bahan Bakar Nuklir

Reaktor
Inti nuklir di dalam kolam reaktor riset nuklir di reaktor serba guna G.A. Siwabessy milik Badan Tenaga Atom (BATAN), Puspiptek, Tangerang Selatan, Banten, Selasa (23/4). (FOTO ANTARA/HO-BNPT/RN/ed/nz)

JAKARTA – Organisasi Riset Tenaga Nuklir Badan Riset Inovasi Nasonal (ORTN-BRIN) sebut, Indonesia sudah mampu produksi bahan bakar nuklir secara mandiri.

Bahan bakar nuklir yang dimaksud BRIN, untuk Reaktor Serba Guna GA Siwabessy yang berada di Kawasan Nuklir Serpong di Tangerang Selatan, Banten.

“PT INUKI (PT Industri Nuklir Indonesia) sudah bisa membuat bahan bakar sendiri sejak tahun 1990-an. Artinya secara kemampuan untuk fabrikasi bahan bakar, Indonesia sudah sangat mampu,” kata pranata nuklir ahli utama ORTN-BRIN, Suryantoro dalam keterangan tertulis di Jakarta, Rabu (23/3).

Suryantoro menuturkan, dalam pengoperasian Reaktor Serba Guna GA Siwabessy selama 30 tahun lebih, belum pernah terjadi kecelakaan dan tidak ada masalah sampai saat ini.

Hal tersebut menunjukkan bahan bakar karya anak bangsa itu, sudah sangat sesuai dengan standar.

Untuk operasional sehari-hari, Reaktor Serba Guna GA Siwabessy dijalankan dengan besar kapasitas 15 MW untuk efisiensi.

Kapasitas itu sudah mencukupi untuk menjalankan sejumlah kegiatan diantaranya kegiatan penelitian, produksi isotop untuk bidang industri hingga kesehatan, tes maupun uji material dan percobaan ilmu pengetahuan.

“Dijalankan sepenuhnya oleh tenaga ahli Indonesia, reaktor-reaktor nuklir yang dikelola ORTN telah berfungsi selama puluhan tahun dengan aman, dan selamat tanpa mengalami insiden,” katanya.

Baca juga: Sekjen PBB Serukan Pemusnahan Total Senjata Nuklir

Ia menjelaskan, proses pengamanan di reaktor nuklir memakai sistem keselamatan berlapis untuk meminimalisir dampak kerusakan ke manusia dan lingkungan sekitar.

Selain pengembangan bahan bakar nuklir, menurut dia, ORTN-BRIN juga mampu mengelola limbah radioaktif dari seluruh wilayah Indonesia.

Limbah radioaktif tersebut, antara lain berasal dari kegiatan industri yang menggunakan zat radioaktif, seperti Cobalt 60, Caesium-137, dan Crypton-85 serta limbah yang berasal dari penggunaan zat radioaktif di rumah sakit khususnya dari bidang kedokteran nuklir.

Suryantoro mengatakan, pemanfaatan energi nuklir di Indonesia saat ini sudah cukup optimal terutama di bidang non energi, yakni bidang kesehatan, industri, pertanian dan akselerator untuk energi listrik.

Di bidang kesehatan, teknologi nuklir bisa dimanfaatkan untuk terapi dan diagnosis penyakit kanker yang sudah digunakan di rumah sakit.

Di bidang pertanian, diperoleh varietas unggul seperti kedelai dan padi. Di bidang industri, pemanfaatan teknologi nuklir berkaitan dengan penggunaan zat radioaktif.