Becak Listrik Ramah Lingkungan Wisata Pulau Penyengat, Hemat dan Andal

Becak listrik sarana angkut wisatawan pulau Penyengat, Tanjungpinang. (Foto:Randi RK/Ulasan.co)

TANJUNGPINANG – Sudah sebulan lebih sarana angkut wisatawan becak listrik di Pulau Penyengat, Tanjungpinang, Kepulauan Riau (Kepri) beroperasi, menggantikan operasional becak motor atau bentor bermesin konvensional berbahan bakar fosil.

Alat Transportasi bertenaga listrik menggunakan baterai tersebut, merupakan program dari Gubernur Provinsi Kepri, Ansar Ahmad, yang bertujuan untuk menambah daya tarik pariwisata Pulau Penyengat.

Ditambah lagi kendaraan ini dianggap lebih ramah lingkungan dan nyaman bagi wisatawan yang berkunjung ke pulau bersejarah itu. Saat ini terdapat 11 dari 27 operator bentor telah beralih ke becak listrik.

“Ada plus minusnya becak listrik ini. Kelebihannya nyaman saat dikendarai, tak ada berat sebelah macam bentor, lebih ringan lah pokoknya,” kata Samiun, salah satu operator becak listrik.

Baca juga: Merajut Drama Heroik dan Cinta di Pulau Penyengat

Samiun (65) mengaku, dirinya bekerja sebagai penyedia jasa transportasi di penyengat sejak awal tahun 80-an. Saat itu ia masih menggunakan becak sepeda.

Samiun menambahkan, hanya saja kendaraan listrik ini persoalannya untuk pengisian daya harus diisi setiap hari.

Berbeda dengan bentor, lanjut dia, saat mesin mati kehabisan bensin dapat segera diisi kembali untuk menghidupkannya.

“Kami harus pastikan baterainya penuh. Pernah suatu hari tiba-tiba mati. Saya terpaksa dorong ke tempat pengisian daya. Sebab disini ada dua tempat pengisian daya, dan kami harus antre,” sambungnya.

Namun, Samiun mengakui becak listrik lebih hemat. Menurutnya, jika menggunakan bentor, mereka harus merogoh kocek Rp18ribu untuk membeli bensin botolan yang dapat digunakan untuk empat kali trip perjalanan.

Sementara becak listrik, mereka hanya mengumpulkan Rp10 ribu perorang dari 11 operator yang ada untuk mengisi token listrik di tempat pengisian daya.

“Nanti kalau abis kami patungan isi lagi. Terkadang tidak tentu, dalam sehari abis kadang sehari masih ada. Soalnya kadang kita ngecas dirumah,” ungkapnya.

Baca juga: Merawat Masjid Bersejarah Pulau Penyengat

Dalam hal penghasilan samiun mengaku masih sama seperti sebelumnya. hal ini dikarekan sesama penyedia jasa baik bentor maupun becak listrik, masih menggunakan aturan bergantian dalam mengantarkan wisatawan.

“Pendapatan sama aja, karena kita masih pakai sistem antre seperti biasa,” tuturnya.

Sementara itu, Rahim (64) operator bentor mengungkapkan, bahwa tidak ada perbedaan harga sewa antara bentor dan kendaraan listrik.

Dengan begitu penyedia jasa transportasi dapat menghasilkan rata-rata Rp50 Ribu hingga Rp200 Ribu per harinya tergantung jumlah pengunjung.

“Masih sama Rp40 ribu perjam, pengunjung pun tak milih-milih mau naik mana sama aja,” ujarnya.

Ia juga mengungkap alasan kenapa belum beralih ke kendaraan listrik. Menurutnya, Pemerintah Provinsi Kepri melakukan peralihan secara bertahap.

“Nanti kami juga dialihkan ke motor listrik,” sebut Rahim.