Dian Sastrowardoyo Kolaborasi dengan Brodo Garap Proyek Lestari

Dian Sastrowardoyo Kolaborasi dengan Brodo Garap Proyek Lestari
Dian Sastrowardoyo berpose mengenakan sepatu Kaliku Ina, hasil kolaborasi Brodo dengan Yayasan Dian Sastrowardoyo. (ANTARA/ HO Brodo)

Motif pertama adalah Kakatua yang mewakili semangat persahabatan dan persatuan kita sebagai orang Indonesia dengan berbagai latar belakang suku, agama, dan ras yang berbeda. Bagi orang-orang Sumba, Kakatua dianggap sebagai kawanan burung yang selalu berkelompok dan tidak pernah membiarkan kawanannya terbang sendiri.

Motif kedua adalah ayam jantan sebagai analogi dari rasa keberadaan atau eksistensi. Ayam jantan menjadi penanda bahwa hari sudah dimulai, sudah waktunya untuk kembali bekerja dan mengejar mimpi. Ayam jantan juga menyimbolkan pemimpin yang melindungi.

Ayam jantan adalah salah satu di antara 3 hewan yang disakralkan dalam kepercayaan Marapu. Lewat hati dan ususnya, para imam Marapu bisa membaca garis masa depan kehidupan, dan mengingatkan sesuatu tentang hari ini.

Motif ketiga adalah Mamuli, yaitu simbol yang menstilasi bentuk rahim sebagai perwajahan ibu yang paripurna. Dari rahim kita berasal, dalam rahim kita pertama merasakan bagaimana hangatnya sosok ibu dan perlindungan dari seorang ibu.

Setelah kita lahir dan menua, sejatinya kita akan kembali kepada rahim (ibu pertiwi). Ibu adalah guru pertama kita, pembimbing yang mengayomi dan membantu disaat kita jatuh dalam setiap langkah di dunia ini.

Kaliku Ina menggunakan bahan tenun sumba sebagai upper-nya dengan pengaplikasian pola pada siluet sepatu vulkanisir Vantage V.2 Hi milik Brodo. Ke depannya sepatu ini akan diperkenalkan ke pasar internasional sehingga bisa menjadi sumber penghasilan baru yang berkelanjutan bagi penduduk Sumba.

Sepatu Kaliku Ina akan dilelang dalam acara Proyek Lestari Brodo yang digelar pada 27 Maret 2022 di M Bloc Space, Jakarta Selatan. Hasil lelang seluruhnya akan disalurkan menjadi sepatu untuk anak-anak di Nusa tenggara Timur melalui Yayasan Dian Sastrowardoyo.

“Ternyata di saat kita nyaman bersepatu kemana-mana, sepatu itu adalah barang yang mewah buat adik-adik para pelajar di berbagai tempat di Indonesia Timur,” ujar CEO Brodo Yukka Harlanda.

Brodo menemukan bahwa masih banyak anak-anak di wilayah Indonesia Timur yang bersekolah tanpa bersepatu, dan berjalan kaki dengan jarak dari rumah berkilo-kilo meter jauhnya.

“Brodo menyadari ini adalah isu serius yang layak kita bantu. Selain fungsional, buat adik-adik di Indonesia Timur, sepatu juga punya dampak penting secara psikologis yaitu memberi semangat buat mereka bersekolah dan menuntut ilmu. Jadi as simple as giving a shoe saja itu bisa punya dampak jangka panjang,” tambah Yukka.

Pada acara Proyek Lestari Brodo, Brodo juga ingin memperkenalkan beberapa Mitra Lestari Brodo yang punya tujuan sama dalam prinsip memberikan yang lebih baik bagi bumi.

Mitra-mitra tersebut adalah Mycotech yang menyediakan material berkinerja tinggi dan berkelanjutan, kemudian Bell Society perusahaan biomaterial yang memproduksi misel, bahan ramah lingkungan yang dibuat dengan mengubah sumber organik dengan menggunakan kekuatan bakteri.

Selain itu ada Plepah, proyek pemberdayaan desa melalui budidaya limbah pelepah pinang sebagai komoditas ekonomi alternatif. Lalu Brodo juga bekerjasama dengan komunitas sosial Ketimbang Ngemis Bandung yang didirikan untuk mengapresiasi orang-orang yang masih mau berusaha mencari nafkah dalam keterbatasan fisik ataupun usia dan menolak untuk mengemis.

Terakhir ada Pattern X selaku perusahaan yang berfokus pada upcycling sepatu dengan melakukan perbaikan atau modifikasi dari sepatu bekas atau rusak.

Ini akan menjadi perjalanan panjang bersama Brodo dan para mitra yang berkomitmen untuk mengurangi dampak berbahaya bagi lingkungan dengan lebih bertanggung jawab atas material yang digunakan, mulai dari mencari alternatif material kulit, alternatif kemasan ramah lingkungan, bahkan memberi kesempatan kedua untuk sepatu bekas yang masih layak pakai. (*)