IndexU-TV

Didatangi Lewat Mimpi, Ibu Siswi SMAN 1 Kundur yang Lompat ke Laut Yakin Anaknya Korban Bully

Siswi Terjun ke Laut
Petugas mengevakuasi jenazah remaja perempuan yang terjun di laut Kundur. (Foto: Dok Basarnas)

KARIMUN – Sarli Aminanda, ibu dari siswi SMA Negeri 1 Kundur, Karimun, Kepulauan Riau (Kepri) yang melompat ke laut, CPF (16) yakin jika anaknya korban perundungan atau bullying di sekolah.

Wanita yang juga dikenal panggilan Beby menyebutkan, jika anaknya menyatakan ingin bunuh diri melalui bukti chat dari seorang temannya.

Dari teman CPF, Beby juga mendapatkan cerita anaknya mengaku sering di-bully dan menangis. Sehingga sempat nekat hendak mengakhiri hidup di salah satu pantai di Pulau Kundur

“Temennya cerita ke saya, kalau Cinta sering diejek di kelas dan dia sering menangis. Tapi setiap ditanya selalu bilang gak apa-apa. Cinta ada minta temankan ke Pantai Lubuk, tapi di pantai Cinta keluarkan pisau. Ditanya kenapa bawa pisau, Cinta jawab aku udah capek di-bully terus, aku mau bunuh diri,” kata Sarli Aminanda.

Disebutkan Sarli, dirinya juga memimpikan anaknya. Di dalam mimpi tersebut, CPF meminta Sarli untuk datang ke sekolah melihat temen-temennya.

“Cinta datang ke mimpi saya, dia minta saya datang ke sekolah dan lihatin temennya satu-satu di kelas,” sambung Sarli.

Usai didatangi lewat mimpi, Sarli meminta izin kepada Kepala SMA Negeri 1 Kundur untuk datang ke sekolah. Hal itu disampaikan Sarli ketika pihak sekolah yang datang ke kediamannya, Rabu 04 September 2024 lalu.

“Kepala sekolah awalnya mengizinkan untuk saya datang ke sekolah hari Senin kemarin. Tapi waktu di sekolah saya, saya malah tidak diizinkan masuk ke kelas, alasannya harus izin dulu ke Dinas Pendidikan,” ucap Sarli.

Karena itu Sarli sangat menyayangkan pihak sekolah yang tidak mengizinkannya.

“Kepala sekolah khawatir siswanya akan down, sementara anak saya udah tidak ada lagi. Saya datang ke sekolah cuma mau meminta kesaksian kalau anak saya ini dibully,” ucap dia.

Kepergian anaknya itu membuat Sarli dan keluarga sangat terpukul. Menurutnya selama ini CPF tidak pernah bermasalah di rumah.

“Di rumah tidak ada masalah apa-apa, karna dia anak paling kesayangan di rumah,” ungkapnya.

Sarli juga membantah adanya isu anaknya sedang hamil tiga bulan. Iya menegaskan isu tersebut tidak benar berdasarkan hasil visum yang diterima keluarga.

“Ada yang bilang kemarin indikasinya hamil tiga bulan, tetapi itu tidak benar hasil visumnya sudah keluar,” ujar Sarli menegaskan.

Polisi dan Kepala Sekolah Bantah ada Bullying

Sebelumnya Kapolsek Kundur, AKP Septimaris mengatakan, pihaknya telah melakukan pemeriksaan terhadap kepala sekolah, wali kelas dan kawan-kawan korban.

“Yang menyatakan bully itu orang tuanya. Kita tindaklanjuti ke sekolah, kita periksa kepala sekolah, wali kelas dan kawan-kawannya, tidak ada bully,” kata AKP Septimaris.

Dari hasil pemeriksaan polisi, korban dikenal tertutup. Bahkan teman dekatnya tidak mengetahui masalah apa yang sedang dialami korban.

Menurut Septimaris, selama ini pergaulan antara korban dan teman-temannya selayaknya remaja biasa. Meskipun ada ejekan, namun hal tersebut tidak terus terjadI atau tidak berulang-ulang.

“Anak ini pendiam dan tertutup. Biasa pakai masker. Pacarnya sendiri juga tidak tahu dia ada masalah apa,” sebut Septimaris.

Terkait bullying juga dibantah oleh Kepala SMA Negeri 1 Kundur, Zurkani. Sebagaimana keterangan yang Ia sampaikan ke penyidik, Zurkani membantah jika siswinya tersebut menjadi korban bullying.

“Tidak ada di-bully, berita bullying tidak benar, tidak ada itu. Saya tidak pernah dengar ada laporan dari wali kelas ataupun Bimbingan Konseling, dan orang tua (CPF) tidak pernah mengadu,” ujar Zurkani.

Menurut Zurkani, CPF tidak pernah bermasalah di sekolah dan dikenal sebagai siswi yang aktif, dengan mengikuti empat jenis ekstrakurikuler di sekolah.

“Dia itu aktif ekskul di rohis, pramuka, PMR dan FIKR. Secara logika kalau dia sering di-bully tentu dia minder. Tapi dia aktif. Pagi itu waktu upacara, dia jadi petugas pembacaan teks pembukaan UUD 45,” ungkapnya.

CPF (17) sebelumnya melompat ke laut Kabupaten Karimun, Provinsi Kepri, Senin 04 September 2024. Korban terjun dari dermaga Pelabuhan Polairud lama, Kecamatan Kundur, Kabupaten Karimun, sekira pukul 14.20 WIB.

Setelah dua hari dilakukan pencarian, akhirnya tubuh CPF ditemukan mengapung tak bernyawa, di perairan Pulau Panjang, Desa Degong, Kecamatan Belat, Kabupaten Karimun, Rabu 04 September 2024, sekira pukul 10.00 WIB.

Exit mobile version