Donat dan Usus Ayam Jadi Penopang Kehidupan

Tanjungpinang, Ulasan. Co – Seiring berkembangnya zaman, kebutuhan dan keperluan guna menunjang jalannya kehidupan pun ikut berkembang. Tentu sejalan dengan hal itu, tingkat perekonomian harus berjalan beriringan. Akan sangat sulit jika perekonomian yang dimiliki berbanding terbalik dengan perkembangan zaman.

Rendahnya tingkat perekonomian akan memaksa setiap insan untuk terus berjuang guna melanjutkan hidupnya. Terlebih lagi di kota kecil yang sedang berkembang seperti Tanjungpinang. Tidak sedikit pula orang yang harus berjuang habis-habisan guna melanjutkan kehidupan.

Soni misalnya, pemuda 22 tahun kelahiran Bandung itu setiap hari harus berkeliling menawarkan donat dan usus ayam pada Warga Kota Gurindam. Dengan bermodalkan sepeda yang ia sebut sebagai sepeda pemberian Allah SWT, Soni senantiasa berusaha menghabiskan dagangannya setiap hari.

“Saya aslinya dari Bandung, kesini ikut orang tua. Setiap hari saya berjualan naik sepeda pemberian Allah SWT. Mulai dari sore sampai dengan pukul sembilan malam,” ujar Soni.

Berdagang seadanya, Soni menjual Donat dan Usus Ayamnya kisaran 2–3 ribuan. Hasil dagang itulah yang telah membantu ia dan keluarganya selama ini. Kondisi Ayah yang menderita magh kronis dan tidak memungkinkan untuk bekerja membuat Soni harus ikut membantu ibunya dalam menghidupi keluarga dan menyekolahkan adiknya. Soni sendiri memiliki satu kakak perempuan namun hingga sekarang belum mendapatkan pekerjaan. Sedangkan ibu Soni hanyalah seorang pembantu rumah tangga. Dengan penghasilan dibawah rata-rata tentu tidaklah cukup menghidupi keluarganya.

“Ayah sudah cukup lama sakit magh kronis jadi tidak bisa kerja. Ibu pembantu rumah tangga di batu 5,” ujarnya lagi.

Biasanya sebelum berkeliling menjual dagangannya, pemuda yang telah 2 tahun berjualan itu memulai aktivitasnya dengan mengaji terlebih dahulu.

“Sebelum jualan itu saya ngaji dulu di Batu 5,” ungkapnya.

Pada awak media, Soni juga mengaku bahwa sebenarnya dirinya tidak benar-benar sehat. Dokter pun sempat memvonisnya memiliki penyakit sejenis Hernia yang cukup sulit untuk disembuhkan.

“Saya juga sakit seperti Hernia gitu kata dokter. Kemari dokter sempat bilang ya pasrah aja sama Allah,” ungkap Soni.

Meskipun demikian, Soni mengaku tidak pernah merasa terpaksa untuk melakukan segalanya. Pada awak media Ulasan.Co, Soni merasa bangga dan percaya jika kehidupan ini ibaratkan sebuah roda. Jika hari ini dia dibawah, maka besok atau lusa dia akan sampai pada puncak masa jayanya.

Pewarta: Udin dan Evi