Eceng Gondok Batam Tembus Pasar Internasional

Eceng Gondok Batam Tembus Pasar Internasional
Salah seorang warga melihat hasil kerajinan tangan eceng gondok Tisnawati (Foto: Alamudin)

Batam – Kerajinan tangan eceng gondok dari Kota Batam, Kepulauan Riau tembus pasar internasional.

Sebagaimana diketahui eceng gondok atau eichhornia crassipes adalah tumbuhan air yang hidup di permukaan air, mempunyai kecepatan berkembang biak vegetatif sangat tinggi dan mempunyai kemampuan besar untuk menyesuaikan diri terhadap perubahan keadaan lingkungan.

Selain dikenal dengan nama eceng gondok, di beberapa daerah di Indonesia, eceng gondok mempunyai nama lain seperti di daerah Palembang dikenal dengan nama Kelipuk, di Lampung dikenal dengan nama Ringgak, di Dayak dikenal dengan nama Ilung-ilung, di Manado dikenal dengan nama Tumpe.

Selama ini eceng gondok dianggap sebagai gulma, berdampak negatif karena dapat menghalangi sinar matahari ke dalam air sehingga dapat menyebabkan menurunnya tingkat kelarutan oksigen di dalam air. Selain itu tumpukan eceng gondok dapat mengganggu aktivitas nelayan di danau atau di rawa.

Namun tidak dengan dengan Tisnawati seorang perempuan kreatif warga Bukit Ayu Lestari, Kecamatan Sei Beduk, Kota Batam, Kepulauan Riau.

Ia malah melihat sisi lain dari eceng gondok yang dapat menghasilkan pundi-pundi rupiah. Ia menyulap tanaman eceng gondok menjadi hasil kerajinan tangan yang mampu menembus pasar internasional.

Melalui berbagai eksperimen dan berbagai cemoohan orang-orang, Trisnawati akhirnya berhasil menciptakan hasil kerajinan tangan dari tanaman eceng gondok.

“Saya lihat eceng gondok banyak di Batam, jadi saya coba-coba anyam untuk buat kerajinan sandal untuk dipakai di rumah dan akhirnya ada beberapa tetangga mulai pesan,” ujar Trisnawati biasa disapa Isna baru-baru ini.

Setelah banyak yang tertarik dengan hasil kerajinan tangannya, Isna mulai dibanjiri pesanan berbagai macam model permintaan.

BACA JUGA: Kerajinan Kerang Khas Batam Diminati Wisatawan

Ia mulai mengajak warga sekitar perumahan untuk membantu menganyam. Selain mengerjakannya di rumah Isna, pengerjaan kerajinan tangan itu diperbolehkan dibawa pulang oleh warga.

“Jadi biar mereka juga bisa belajar sekalian di rumah, biar tidak merumpi juga mereka,” ujarnya.

Isna mengatakan, meski bahan baku eceng gondok mudah didapat di Kota Batam, tetapi untuk mengambil bahan baku tersebut butuh perjuangan ekstra untuk pengambilan sampai masuk ke danau, lumpur dan selokan yang ditumbuhi tanaman tersebut.

“Kadang harus masuk lumpur atau bekas galian pasir, jadi kadang agak kesulitan,” ujarnya.

Isna mengenang saat mengambil bahan baku eceng gondok, sempat didatangi oleh pengendara motor yang sedang melintas.

“Saya disarankan jangan mengambil eceng gondok, beracun katanya. Mungkin dikira mau saya buat jadi sayur kali, ya,” kata Isna sambil tertawa.

Eceng Gondok Batam Tembus Pasar Internasional
Salah seorang warga melihat hasil kerajinan tangan eceng gondok Tisnawati (Foto: Alamudin)

Eceng Gondok Jadi Kerajinan Tangan

Perjuangan bertahun-tahun Isna dalam memasarkan dan mensosialisasikan hasil kerajinan tangan berbahan dasar eceng gondok sudah menembus pasar internasional seperti Singapura, Malaysia, dan beberapa negara lainnya.

Isna mengolah eceng gondok menjadi tas, penutup meja, hiasan dinding, penutup kursi, penutup pot, sarung sofa, tikar, keranjang dan lain lain.

Tidak hanya itu hotel-hotel di Batam pun banyak memesan sandal, keranjang, atau vas bunga buatan Isna. Dengan harga mulai dari Rp50 ribu hingga Rp2 juta, setiap bulannya kerajinan tangan Isna bisa menghasilkan omzet jutaan rupiah.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *