Indonesia akan Menerapkan Penerbangan Ramah Lingkungan dengan Navigasi Berbasis PBN

Pesawat Citilink mendarat di Bandara Udara So'a, Bajawa, Provinsi Nusa Tenggara Timur. ANTARA/Benny Jahang

JAKARTA – Indonesia mendapat dukungan dari Uni Eropa, untuk menerapkan penerbangan yang ramah lingkungan ke depannya dengan prosedur navigasi berbasis kinerja Performance Based Navigation (PBN).

Dukungnan itu melalui kerja sama antara Badan Keselamatan Penerbangan Uni Eropa (European Union Aviation Safety Agency/EASA), dan Direktorat Jenderal Perhubungan Udara Kementerian Perhubungan RI.

Kini penerbangan ke tujuan Bajawa dan Larantuka telah menerapkan prosedur tersebut, disusul dengan prosedur yang sama untuk penerbangan ke Atambua.

“Inisiatif PBN, yang dilakukan EASA bersama dengan Direktorat Jenderal Perhubungan Udara RI merupakan model kerjasama yang luar biasa antara Uni Eropa dan Indonesia untuk meningkatkan keselamatan,” kata Duta Besar Uni Eropa untuk Indonesia, Vincent Piket dalam keterangan tertulis, Jumat (20/05).

PBN yang menggunakan satelit dan peralatan di dalam pesawat, untuk membantu navigasi pilot kini tersedia untuk bandara di ketiga kota tersebut.

PBN memungkinkan pesawat untuk beroperasi dengan aman ke suatu bandara, atau dari suatu bandara saat kondisi cuaca buruk dan pada daerah yang secara geografis sulit.

PBN juga meningkatkan efisiensi operasional, sehingga mengurangi dampak lingkungan penerbangan.

Baca juga: Maskapai Nigeria Hentikan Operasi Penerbangan karena Avtur Mahal

Pada 18 Mei, Direktur Eksekutif EASA, Patrick Ky mengunjungi pusat pelatihan ATR di Singapura untuk menerbangi rute PBN dengan menggunakan simulator penerbangan ATR.

Simulator ATR dikembangkan dengan dukungan EU, untuk bandara di Atambua, Bajawa, dan Larantuka di Nusa Tenggara Timur (NTT).

“Inisiatif ini akan diperluas untuk mencakup bandara lainnya di gugusan kepulauan Indonesia yang dilayani oleh pesawat ATR turboprop bermesin ganda,” kata Piket.

ATR disebutkan telah memberikan kontribusi aktif, termasuk melalui kerja sama dengan EASA dan pemerintah daerah untuk mempromosikan pengembangan PBN.

Operator ATR menyediakan konektivitas penting bagi masyarakat, terutama di daerah dengan lapangan terbang yang kondisinya sulit untuk mengubah pendekatan visual menjadi pendekatan berinstrumen.

Selain itu, membantu mengurangi gangguan operasional, serta meningkatkan keselamatan.

“PBN mengarah pada penerbangan yang lebih aman dan hijau, menghubungkan masyarakat, serta meningkatkan perdagangan dan pariwisata. Ini juga tidak memerlukan alat bantu navigasi darat yang mahal, sehingga menghemat instalasi dan pemeliharaan,” kata Sekretaris Jenderal Kemenhub RI, Novie Riyanto.

Dukungan EASA mewakili EU sebagai bagian dari Proyek Kemitraan Penerbangan (APP) EU dan Asia Tenggara.

Ada pun tujuan keseluruhan dari proyek ini adalah, untuk meningkatkan kemitraan politik, ekonomi, dan lingkungan antara EU dan Asia Tenggara dalam sektor penerbangan sipil.