JAKARTA – Jepang, Inggris dan Italia telah sepakat untuk membangun pesawat tempur canggih generasi ke 6 lewat proyek gabungan bernama Global Combat Air Programme (GCAP).
Proyek gabungan GCAP tersebut, turut mempertegas hubungan pertahanan antara Eropa dan Asia dalam membangun jet tempur canggih.
Sekaligus proyek kolaborasi pertahanan industri pertama Jepang di luar Amerika Serikat (AS) sejak berakhirnya Perang Dunia II, kata ketiga negara dalam sebuah pernyataan, Jumat (9/12).
Pengoperasian jet tempur dari proyek gabungan Eropa dan Asia tersebut ditargetkan 2035, dengan menggabungkan proyek konsep Future Combat Air System (Tempest) yang dipimpin Inggris dan program F-X Jepang.
Seiring meningkatnya aktivitas militer Tiongkok di sekitar Jepang dan Taiwan, proyek strategis itu dinilai dapat membantu Jepang untuk mengimbangi kekuatan militer Tiongkok yang lebih besar.
Kemudian, proyek kolaborasi ini juga memberikan peran keamanan yang lebih besar terhadap Inggris di wilayah yang merupakan pendorong utama pertumbuhan ekonomi global.
“Kami berkomitmen untuk menegakkan tatanan internasional yang berbasis aturan, bebas dan terbuka, dan menjadi sangat penting saat ini. Mengingat prinsip-prinsip ini dipertentangkan, serta ancaman dan agresi yang semakin meningkat,” kata ketiga pemimpin negara itu, dalam sebuah pernyataan.
Di tengah memburuknya situasi keamanan di kawasan regional, Jepang akan mengumumkan rencana peningkatan militernya bulan ini.
Bahkan Jepang diperkirakan akan menggandakan pengeluaran pertahanan menjadi sekitar 2 persen dari produk domestik bruto (PDB) selama lima tahun.
Baca juga: Indonesia Gelar Pameran Dirgantara Bali Internasional Air Show 2024
Perdana Menteri Inggris, Rishi Sunak mengatakan, bahwa negaranya perlu tetap berada di ujung tombak teknologi pertahanan, dan menambahkan bahwa kolaborasi itu juga dapat membuka pekerjaan baru.
Perusahaan BAE Systems Inggris, Mitsubishi Heavy Industries Jepang, dan Leonardo Italia akan memimpin desain pesawat tempur generasi 6 tersebut.
Rencananya, jet tempur canggih ini akan memiliki kemampuan digital termutakhir menggunakan kecerdasan intelijen (AI), serta sistem pertahanan siber tercanggih, demikian menurut Kementerian Pertahanan Jepang.
Dengan adanya proyek GCAP, produsen rudal Eropa MBDA rencananya juga akan ikut bergabung dalam proyek tersebut bersama dengan produsen avionik Mitsubishi Electric Jepang.
Sementara pabrikan Rolls-Royce, IHI, dan Avio Aero, nantinya akan mengerjakan bagian mesin pesawat, tambah Kementerian Pertahanan Jepang.
Namun, ketiga negara ini belum dapat menyelesaikan beberapa rincian tentang bagaimana proyek itu akan berjalan, termasuk persoalan pembagian kerja dan di mana pengembangan pesawat jet ini akan dilakukan.
Selain itu, Inggris juga meminta Jepang untuk mengubah cara pemberian izin keamanan kepada kontraktor yang akan mengerjakan pesawat tersebut, kata sumber yang mengetahui diskusi tersebut kepada tim Reuters.
Baca juga: Jet Tempur Rafale Semakin Melejit, Arab Saudi Order 200 Unit
Bahkan egara-negara lain juga diberikan kesempatan untuk bergabung dalam proyek ini, tambah Inggris.
Pesawat tempur GCAP ketiga negara tersebut, digadang-gadang mampu bersaing dengan pesawat tempur yang diterbangkan oleh mitra Organisasi Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) lainnya.
Jet tempur ini nantinya akan menggantikan pesawat tempur Typhoon dan melengkapi armada F-35 Lightning.
Rencana kolaborasi ini muncul beberapa hari, setelah perusahaan-perusahaan Prancis, Jerman, dan Spanyol juga mengeluarkan inisiatif yang sama untuk membangun pesawat tempur generasi tercanggih.
Jet tempur itu direncanakan akan mulai beroperasi pada tahun 2040 mendatang.
AS menyambut baik perjanjian kolaborasi Eropa-Jepang tersebut, dan telah berjanji untuk membela ketiga negara itu melalui keanggotaannya di NATO, dan pakta keamanan terpisah dengan sekutunya Jepang.
Baca juga: Kolombia Pilih SAAB Gripen Gantikan Jet Tempur KFIR Usang Israel