IndexU-TV

Kasus Gangguan Ginjal Akut Meningkat Cepat, Ini Imbauan IDAI

dr. Piprin
Ketua Umum Pengurus Pusat IDAI dr. Piprim Basarah Yanuarso. (Foto: ist)

JAKARTA – Pengurus Pusat Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) mengeluarkan imbauan terkait perkembangan Gangguan Ginjal Akut Progresif Atipikal (GgGAPA).

Imbauan ini dikeluarkan IDAI menyikapi perkembangan situasi hasil investigasi Kementerian Kesehatan RI dan Badan Pengawas Obat dan Makanan RI terkait penyebab GgGAPA dan meningkatnya kasus GgGAPA secara cepat.

IDAI mengimbau kepada tenaga kesehatan dan rumah sakit, pertama tenaga kesehatan menghentikan sementara peresepan obat sirup yang diduga terkontaminasi etilen glikol atau dietilen glikol sesuai hasil investigasi Kementerian Kesehatan dan Badan Pengawas Obat dan Makanan. Bila memerlukan obat sirup khusus, misalnya obat anti epilepsi, atau lainnya, yang tidak dapat diganti sediaan lain, konsultasikan dengan dokter spesialis anak atau konsultan anak.

“Jika diperlukan, tenaga kesehatan dapat meresepkan obat pengganti yang tidak terdapat dalam daftar dugaan obat terkontaminasi atau dengan jenis sediaan lain seperti suppositoria atau dapat mengganti dengan obat puyer dalam bentuk monoterapi,” kata Ketua Umum Pengurus Pusat IDAI dr. Piprim Basarah Yanuarso dalam keterangan tertulisnya diterima di Tanjungpinang, Rabu (19/10).

Imbauan berikutnya, peresepan obat puyer monoterapi hanya boleh dilakukan oleh dokter dengan memperhatikan dosis berdasarkan berat badan, kebersihan pembuatan, dan tata cara pemberian. Tenaga kesehatan dihimbau untuk melakukan pemantauan secara ketat terhadap tanda awal GgGAPA baik di rawat inap maupun di rawat jalan. “Rumah sakit meningkatkan kewaspadaan deteksi dini GgGAPA dan secara kolaboratif mempersiapkan penanganan kasus GgGAPA,” ujarnya.

Baca juga: Penderita Ginjal Akut di Kepri Tercatat Tiga Kasus

Kemudian imbauan kepada masyarakat, kata dia, masyarakat untuk sementara waktu tidak membeli obat bebas tanpa rekomendasi tenagakesehatan sampai didapatkan hasil investigasi menyeluruh oleh Kementerian Kesehatan  dan Badan Pengawas Obat dan Makanan. Masyarakat hendaknya tetap tenang dan waspada terhadap gejala GgGAPA seperti berkurangnya atau tidak adanya buang air kecil (BAK) secara mendadak.

“Sebaiknya mengurangi aktivitas anak-anak, khususnya balita, yang memaparkan risiko infeksi (kerumunan, ruang tertutup, tidak menggunakan masker, dll),” demikian imbauannya. (*)

Exit mobile version