JAKARTA – Badan Karantina Pertanian (Barantan), Kementerian Pertanian (Kementan) melakukan gerak cepat berupaya membuka penutupan pintu ekspor ternak babi asal Pulau Bulan, Batam, Kepulauan Riau ke Singapura.
Penutupan pintu ekspor ini sebagai imbas temuan penyakit pada ternak babi berupa African swine fever (ASF) atau flu babi Afrika sejak April 2023.
“Kementan telah usulkan sistem sub-kompartemen bebas ASF di Pulau Bulan dan telah disetujui oleh pihak Singapura, sehingga kedepan kita dapat kembali mengekspor ternak babi ke Singapura,” kata Kepala Barantan, Bambang dalam keterangan tertulisnya diterima, Sabtu (06/05).
Pemerintah melakukan pendampingan ketat kepada pemilik peternakan hewan babi di Pulau Bulan, PT ITS setelah dicabut penetapannya sebagai kompartemen bebas ASF di Indonesia.
“Dengan pembekuan ini, kami akan menindaklanjuti dengan melakukan evaluasi secara berkesinambungan agar dapat ditinjau pemberlakuan kompartemen bebas ASF dengan sistem sub kompartemen,” katanya lagi.
Menurut Bambang, upaya ini menjadi langkah yang strategis mengingat Pulau Bulan merupakan peternakan babi terbesar di Indonesia dan tercatat menyumbangkan 15% dari total keseluruhan kebutuhan impor babi di Singapura.
“Kementan akan evaluasi dan investigasi seluruh aspek manajemen risikonya. Bersama Ditjen Peternakan dan Kesehatan Hewan kami bersama bergerak cepat menurunkan tim,” tegas Bambang.
Sebagai informasi, PT ITS telah lama ditetapkan sebagai kompartemen bebas ASF dengan Keputusan Menteri Pertanian Nomor melalui Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan dengan Keputusan Nomor 669/KPTS/PK.320/M/11/2021 tentang Penetapan PT ITS Suaka sebagai Kompartemen Bebas dari Penyakit Demam Babi Afrika (African Swine Fever) pada Ternak Babi.
Peternakan babi tersebut secara berkala melakukan pengujian ASF yang dikirim ke Laboaratorium Veteriner Balai Veteriner Bukittinggi, Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan, Kementerian Pertanian.
Namun beberapa waktu lalu, Singapura telah menyatakan Babi hidup yang dikirim dari Pulau Bulan, Kepulauan Riau, Indonesia ke Singapura, telah ditemukan terinfeksi penyakit flu babi (African Swine Fever/ASF). Virus tersebut terdeteksi di dalam daging babi yang dipotong di sebuah tempat pemotongan hewan di Jurong, Singapura. Penyakit babi ini sangat mudah menyebar di antara babi liar dan babi domestik, namun tidak menular ke manusia.
Menurut Badan Makanan Singapura/ Singapore Food Agency (SFA), ini adalah pertama kali ASF terdeteksi pada babi yang diimpor ke Singapura. Pemerintah Singapura dalam hal ini SFA lalu menghentikan sementara impor babi dari Pulau Bulan, Batam sebagai imbas temuan African Swine Fever (ASF) pada 19 April 2023.
Koordinasi Aktif
Kepala Pusat Karantina Hewan dan Keamanan Hayati Hewani, Barantan, Wisnu Wasisa Putra mengatakan pemerintah telah secara aktif berkoordinasi dengan pihak Singapura.
Koordinasi ini antara Barantan, Direktorat Kesehatan Hewan Ditjen Peternakan dan Kesehatan Hewan, dan Pihak Singapura ( Singapore Food Agency and NS Park) pada tanggal 28 April 2023 yang lalu di Kantor PT. ITS.
Disebutkan bahwa hasil join investigasi bersama antara Indonesia dan Singapura terjadi kematian babi yang cukup besar di Pulau Bulan, namun dengan gejala klinis mengarah ke Classical Swine Fever (CSF)/Hog Cholera.
“Hasil pengujian lanjutan baik oleh Laboratorium BBUSKP dan BVet Bukittinggi adalah positif ASF dan negatif CSF, sehingga perlu dilakukan sequencing untuk mengetahui genom virus terkait kemiripan asal virus,” jelas Wisnu.
Lanjut Wisnu, pihaknya melalui Karantina Pertanian Tanjung Pinang melakukan langkah-langkah antisipatif berupa pengujian ASF terhadap ternak babi yang akan dilalulintaskan dan melakukan pengetatan tindakan karantina hewan.
“Selain itu, pemantauan terhadap importasi pakan dan bahan pakan yang masuk ke Pulau Bulan sebagai langkah kewaspadaan kemungkinan masuknya ASF di pulau ini,” tutup Wisnu. (*)
Ikuti Berita Lainnya di Google News