IndexU-TV

Keripik Tempe Sagu Kabita dari Batam Tembus Pasar Singapura

Keripik Tempe Sagu Kabita
Ela Siti Aisyah memotong bahan tempe yang sudah difermentasi menggunakan mesin potong otomatis, sebelum disiapkan untuk proses penggorengan. (Foto: Irvan Fanani)

BATAM – Ela Siti Aisyah, seorang ibu rumah tangga yang tinggal di Taman Raya Tahap V, Kota Batam, Provinsi Kepulauan Riau (Kepri) sukses mengubah iseng-iseng menjadi ladang emas dengan produk unggulannya, yakni keripik tempe sagu Kabita.

Produk UMKM yang berbasis tempe dan sagu miliknya itu sukses menarik perhatian dan menembus pasar negara tetangga Singapura.

“Awalnya itu pada Juli 2023 silam, saat tetangga saya yang bekerja di distributor makanan di Singapura diminta oleh bosnya untuk membawa produk UMKM dari Batam,” ujar Ela dirumahnya, Ahad 30 Juni 2024.

Ela melanjutkan, tetangganya kemudian memintanya untuk membuat produk apa saja yang bisa ia buat. Wanita berusia 40 tahun ini pun kemudian mencoba membuat keripik tempe sagu. Tak disangka, ternyata keripik tempe sagu olahan tangannya itu diterima dengan baik dan banyak dimintai pasar Singapura.

“Saya coba buat dan masukkan ke dalam kemasan ukuran 100 dan 250 gram, alhamdulillah produk keripik tempe saya ini diterima dengan baik di sana,” ucapnya

Ia menjelaskan, keripik tempe sagu Kabita yang kaya akan protein dan memiliki cita rasa gurih dan renyah itu dibuatnya seorang diri di dapur rumah miliknya. Ela mengaku mampu memproduksi keripik tempe sagu sebanyak 40 kilogram hingga 50 kilogram per minggu.

Meskipun memiliki kapasitas produksi yang signifikan, Ela memilih untuk bekerja sama dengan 6 reseller di Batam dan seorang tetangganya itu untuk mendistribusikan produknya.

“Saya menghargai peran reseller dalam memasarkan produk ini, sehingga mereka yang langsung berinteraksi dengan pasar, saya dibelakang layar saja,” ungkapnya.

Ia menyebutkan, harga keripik tempe sagu yang dijualnya ke reseller yakni Rp60 ribu per kilogram. Mereka bebas memesan bentuk kemasan keripik tempe sagu dengan berat kemasan 100 gram ataupun 250 gram.

“Untuk untung kotor dalam sebulan itu rata-rata laku sekitar 20 kilo keripik tempe sagu atau Rp1,2 juta. Alhamdulillah yang banyak saya dapat untungnya itu saat Idul Fitri lalu. produk saya laku mencapai 250 kilogram,” kaa Ela.

Baca juga: Usaha Keripik Gonggong Milik Korsiana Tembus Rp25 juta Sebulan

Ia menjelaskan, keripik tempe sagu Kabita dibuat dari bahan baku utama berupa bakal tempe dan tepung tapioka dengan perbandingan 1:1. Proses produksi dimulai dari fermentasi bakal tempe yang dicampur dengan tepung tapioka selama dua hari.

Tempe yang sudah melalui proses fermentasi kemudian dibentuk dan dipotong menggunakan mesin potong otomatis sebelum disiapkan untuk proses penggorengan.

“Sebelum digoreng, bahan keripik tempe sagu yang sudah dipotong-potong berbentuk bulat dicelupkan terlebih dahulu ke dalam air yang sudah dicampur garam dan bumbu penyedap,” terangnya.

Ela berharap, ke depan pemerintah setempat dapat memberikan dukungan lebih lanjut untuk meningkatkan pengenalan produknya di pasar domestik maupun internasional.

“Saya berharap mendapat pembinaan yang lebih dalam tentang pemasaran dan pengelolaan bisnis UMKM agar bisa berkembang lebih baik lagi dan naik kelas,” harapnya. (*)

Ikuti Berita Ulasan.co di Google News

Exit mobile version