TANJUNGPINANG – Konflik di kawasan Timur Tengah yang sedang memanas antara Israel dan Iran, menimbulkan sejumlah kekhawatiran bagi negara-negara di dunia.
Bahkan sejumlah negara merasakan dampak langsung yang berimbas pada sektor perekonomian termasuk Indonesia.
Akhir pekan lalu tepatnya Sabtu 13 April 2024 malam, Iran meluncurkan serangan balasan ke Israel dengan ratusan peluru kendali dan drone serang.
Serangan tersebut langsung mempengaruhi pelaku pasar dunia, hingga nilai tukar Rupiah dan mata uang Asia serta Eropa terhadap Dolar AS ambruk seketika dan berada di zona merah.
Bahkan Indonesia disebut-sebut paling waspada jika konflik berkepanjangan tersebut dibiarkan, dan akan mengganggu pertumbuhan ekonomi nasional serta sektor lainnya.
Benarkah demikian?
Pakar ekonomi dari Universitas Maritim Raja Ali Haji (UMRAH), Rafki Rasyid menyatakan, konflik antara Palestina-Israel dan Iran-Israel memang dapat menyebabkan naiknya harga berbagai komoditas seperti gas, minyak bumi, batu bara, emas dan lainnya.
Rafky berpendapat, kenaikan harga harga komoditas termasuk emas, dapat memicu terjadinya inflasi yang lebih tinggi.
Akibatnya, Bank Indonesia (BI) berpotensi akan menaikan suku bunga acuan untuk menahan lajunya inflasi.
“Sehingga suku bunga bank juga akan naik. Akibatnya akan terjadi kebijakan pengetatan uang (tight Money Policy),” kata Rafky.
Ia pun mewanti-wanti, agar pemerintah segera mengambil langkah-langkah strategis untuk antisipasi agar inflasi tidak terlalu tinggi.
“Misalkan dengan menahan harga BBM agar tidak naik. Ataupun kalau naik maka jangan sampai terlalu tinggi,” sambung dia.
Rafki juga mengusulkan agar pemerintah meningkatkan subsidi untuk bahan bakar minyak guna mencegah inflasi.
Subsidi itu akan menimbulkan beban tambahan bagi APBN, yang mungkin akan menghambat pelaksanaan proyek-proyek penting yang dibutuhkan oleh masyarakat.
Baca juga: Lima Dampak Langsung Serangan Iran ke Israel bagi Ekonomi Indonesia
Dia juga berharap perang Israel vs Hamas dan juga vs Iran tidak berlangsung lama dan eskalasinya bisa diminimalisir. Hal ini agar tidak terlalu berdampak terhadap perekonomian dunia termasuk Indonesia.
“Kita berharap pemerintah bisa aktif mendorong perdamaian di Timur Tengah bisa terjadi,” harapnya.
Sementara itu, pantauan ulasan.co di beberapa toko perhiasan di Kota Tanjungpinang ternyata harga emas turut berdampak mengalami kenaikan.
Salah satu penjual emas di Pasar Bestari Bintan Center, Muza mengatakan bahwa saat ini harga emas memang terus alami kenaikan. Muza menyebutkan, harga emas 24 karat naik Rp72 ribu sehingga kini mencapai Rp1.215.000.
“Tapi kalau ditambah ongkos pembuatan bisa mencapai Rp1.250.000,” sebut Muza.
Sementara itu penjual emas lainnya, Sapri mengungkapkan harga emas 23 karat mencapai angka Rp900 ribu lebih dari harga sebelumnya yang hanya Rp800 ribuan.
“Begitu juga emas 23 karat yang sebelumnya Rp700 ribuan menjadi Rp800 ribu lebih,” ungkap Sapri.
Para penjual emas, juga menduga harga emas akan terus naik beberapa waktu ke depan.
Sejalan dengan pendapat pakar ekonomi UMRAH, dan mereka sepakat kenaikan harga emas dipicu konflik di Timur Tengah.
“Saya mendengar kenaikan ini dipicu karena adanya konflik Israel-Palestina,” kata Sapri.