JAKARTA – Selain menelan korban tewas ribuan, namun sejumlah pihak termasuk pakar analisis da tokoh dunia khawatir konflik Israel-Palestina yang terjadi saat ini adalah tanda terjadinya Perang Dunia ke-3.
Isu perang dunia ke-3 menjadi perhatian serius dunia global, dalam beberapa tahun terakhir. Isu tersebut sempat dikhawatirkan sebelum konflik terbaru Israel-Palestina pecah sejak Sabtu (07/10/2023).
Ketika Rusia menginvasi Ukraina beberapa bulan lalu, wacana Perang Dunia ke-3 kembali mencuat. Namun, menurut sejumlah tokoh dunia, tanda-tandanya kian nyata dalam konflik Israel-Palestina saat ini.
Pendapat dari analisis tokoh dunia
Profesor Bolaji Akinyemi. Salah satu tokoh yang menganalisis dampak konflik Israel dan Palestina, yang merupakan mantan Menteri Luar Negeri Nigeria.
Akinyemi mengklaim, bahwa Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu mencoba memanfaatkan perang antara Israel dan Hamas untuk memulai Perang Dunia ke-3 dengan mengadu Amerika Serikat melawan Iran.
Pernyataan Profesor Akinyemi ini, disampaikan dalam suatu wawancara dengan stasiun Televisi Swasta di Nigeria pada hari Selasa (10/10/2023) waktu setempat.
“Netanyahu sebenarnya sedang mencoba untuk memulai Perang Dunia ke 3, dengan mendorong Amerika untuk berkonfrontasi dengan Iran dalam perang ini. Jika Amerika berhasil, dan itu adalah rencananya untuk membawa Amerika dan Iran ke dalam konfrontasi militer langsung,” kata Profesor Akinyemi.
Profesor Akinyemi menambahkan, bahwa Amerika mengatakan mereka tidak punya bukti sama sekali jika Iran berada di balik tindakan Hamas.
Melansir dari arise, lanjut Akinyemi, ada jurnalis dan cendekiawan pro-Israel yang menyerah pada pers Amerika. Mereka menilai keterlibatan Iran, semuanya untuk menekan Biden agar mundur. melakukan konfrontasi dengan Iran.
Itu akan menjadi keputusan yang tragis, tragis bagi kita semua,” tambah Akinyemi seperti dari Arise.
Akinyemi pun menasehati masyarakat di seluruh dunia, untuk berhati-hati dalam mencerna berita mengenai situasi.
“Kita perlu berhati-hati karena apa yang kita katakan bergantung pada sumber berita kita. Saya akan berterus terang, CNN dan BBC pro-Israel. Al Jazeera pro Palestina. Jadi, pilihan bahasa kita bergantung pada saluran yang kita dengarkan,” jelas dia.
Dalam hal ini, ia menuding Israel dan Palestina sama-sama telah melanggar hukum internasional. Jadi sebaiknya perang ini dihentikan.
“Kita kini dihadapkan pada persoalan dimana bahasa yang digunakan adalah bahasa pembersihan etnis. Hukum internasional dilanggar oleh kedua belah pihak, dan kita perlu berhati-hati.”
“Penting bagi kita untuk mengingatkan seluruh dunia bahwa kedua belah pihak adalah penjahat perang, karena jika Anda mendengarkan beberapa orang, Anda akan berpikir bahwa Hamas adalah satu-satunya pihak yang melanggar hukum internasional. Tidak, kedua belah pihak melanggar hukum internasional, kedua belah pihak harus menanggung akibatnya,” ungkapnya lagi
Namun, tidak ada lembaga penegak hukum yang bisa mengatasinya. Sementara Dewan Keamanan PBB tidak berdaya karena mereka terpecah, antara mendukung salah satu negara, dan Pengadilan Kejahatan Internasional mungkin hanya memberikan sanksi.
Tanda-tanda menuju Perang Dunia ke-3
Kemudian Femi Fani-Kayode, mantan Menteri Kebudayaan dan Pariwisata Nigeria juga menyampaikan analisisnya, terkait situasi global pasca pecahnya konflik Israel-Palestina akhir pekan lalu.
Femi Fani-Kayode menganalisis, soal beberapa tanda yang bisa saja mengarah pada Perang Dunia ke 3. Begini poin-poin analisa Femi Fani-Kayode.
1. Kelompok Hamas Palestina menyerang Israel hingga menewaskan ribuan warga sipil Israel.
2. Kemudian Israel menyatakan perang terhadap Hamas Palestina, meratakan dan menduduki Gaza serta membunuh ribuan teroris serta wanita dan anak-anak Palestina yang tidak bersalah.
3. Hizbullah dan Jihad Islam menembakkan roket ke Israel sebagai solidaritas dengan Hamas.
4. Israel melancarkan serangan menghancurkan Hizbullah, dan melancarkan serangan darat di Lebanon Selatan dan mendudukinya.
5. Israel melancarkan serangan udara terhadap Iran, karena secara konsisten memberikan 70 persen dana dan senjata mematikan kepada Hamas Paletina. Iran juga memberikan 90 persen dana, dan senjata mematikan kepada Hizbullah.
6. Iran membalas serangan udara dan deklarasi perang melawan Israel.
7. Dunia Arab mendeklarasikan Intifada melawan Israel dan menyatakan perang terhadapnya.
8. Amerika, UE, Inggris, Australia, Kanada, India dan sekutunya mendukung Israel.
9. Kemudian Rusia, Tiongkok, Korea Utara, Turki, Pakistan, Afghanistan, dunia Arab dan sekutunya mendukung Hamas, Hizbullah, Palestina, dan Iran.
10. Perang di Ukraina menjadi lebih buruk, ketika Rusia menghancurkan pasukan Ukraina dan mengambil lebih banyak wilayah.
11. NATO akhirnya terlibat di Ukraina dan Eropa terjerumus ke dalam perang total dengan penggunaan senjata nuklir taktis.
12. Tiongkok, Iran, Korea Utara, dunia Arab dan sekutunya berpihak pada Rusia, sementara Amerika, NATO, UE, Inggris, Kanada, Australia dan sekutunya berpihak pada Ukraina.
13. Tiongkok menginvasi dan menduduki Taiwan dengan memanfaatkan ancaman dan klaim mereka atas pulau tersebut dan menegakkan kekuasaannya di Laut Cina Selatan.
14. Amerika merespons dan kekacauan terjadi di muka bumi. Terbaru dua kapal induknya merapat ke Timur Tengah untuk membantu sekutunya Israel yang sedang berperang melawas Hamas.
kemudian melansir dari Al Jazeera, sebuah analisis mengatakan, mengapa Hamas menyerang sekarang dan apa selanjutnya. Kemudian, pemerintah Israel memberikan pembenaran, dan peluang bagi Hamas untuk melakukan serangan.
Pada tanggal 7 Oktober, Hamas melancarkan operasi militer besar-besaran ke wilayah Israel. Peluncuran ribuan roket ke Israel disusul dengan serangan darat, udara yang mampu menembus jauh ke wilayah yang berada dibawah kendali Israel.
Mereka menyerang instalasi militer dan untuk sementara waktu mengambil alih berbagai permukiman. Korban tewas di kalangan warga Israel telah melebihi 1.200 orang, termasuk lebih dari 120 tentara; puluhan sandera Israel juga dibawa ke Jalur Gaza.
Perencanaan operasi memakan waktu antara beberapa bulan dan dua tahun, menurut laporan berbeda dari para pemimpin Hamas. Kedalaman dan besarnya serangan tersebut belum pernah terjadi sebelumnya dan mengejutkan Israel. Hal ini merupakan reaksi terhadap perubahan dinamika regional dan meningkatnya agresi Israel.
Mengapa Hamas menyerang sekarang?
Serangan kejut Brigade Al Qassam, sayap bersenjata Hamas terdapat tiga faktor. Pertama, kebijakan pemerintah sayap kanan Israel yang mengizinkan kekerasan pemukim di Tepi Barat dan Yerusalem yang diduduki menyebabkan rasa putus asa di kalangan warga Palestina dan meningkatnya tuntutan untuk mengambil tindakan.
Pada saat yang sama, meningkatnya ketegangan di Tepi Barat yang disebabkan oleh kebijakan-kebijakan ini, dan mengharuskan pemindahan pasukan Israel dari selatan ke utara untuk menjaga permukiman. Hal ini memberi Hamas pembenaran sekaligus peluang untuk menyerang.
Kedua, kepemimpinan Hamas merasa harus mengambil tindakan karena percepatan normalisasi Arab-Israel. Dalam beberapa tahun terakhir, proses ini semakin mengurangi pentingnya isu Palestina bagi para pemimpin Arab yang menjadi kurang tertarik untuk menekan Israel mengenai masalah ini.
Jika kesepakatan normalisasi Saudi-Israel tercapai, hal ini akan menjadi titik balik dalam konflik Arab-Israel, yang mungkin menghilangkan peluang lemahnya solusi dua negara. Hal ini juga merupakan bagian dari perhitungan Hamas.
Ketiga, Hamas semakin berani setelah berhasil memperbaiki hubungannya dengan Iran. Dalam beberapa tahun terakhir, gerakan ini harus mempertimbangkan kembali posisi politik yang mereka ambil setelah Arab Spring pada tahun 2011, dalam menentang Iran dan sekutunya, rezim Suriah.
Sekretaris Jenderal Hizbullah, Hassan Nasrallah mengatakan, bahwa dia secara pribadi terlibat dalam meningkatkan hubungan antara Hamas dan Damaskus. Delegasi Hamas mengunjungi Damaskus pada bulan Oktober 2022, dan kepala biro politiknya Ismail Haniyeh melakukan perjalanan ke Beirut pada bulan April dan Teheran pada bulan Juni.
Bulan lalu, Nasrallah menjamu Sekretaris Jenderal Jihad Islam Palestina Ziad al-Nakhalah dan wakil kepala biro politik Hamas Saleh al-Arouri.
Apa tujuan akhir Hamas?
Tiga hari setelah serangan Hamas yang mengejutkan dan begitu dahsyat, masih belum jelas apa tujuan akhirnya dan apa yang bisa dilakukan untuk mendapatkan keuntungan jangka panjang.
Prioritasnya tampaknya adalah menyandera militer dan sipil untuk membantu mencegah pembalasan agresif Israel, dan kemudian menukar mereka dengan tahanan Palestina di penjara-penjara Israel.
Namun, Israel tampaknya tidak tergoyahkan. Juru bicara Hamas Abu Ubaida mengatakan, bahwa pemboman Israel telah menewaskan empat warga Israel yang ditahan di Gaza.
Dia juga memperingatkan, bahwa gerakan tersebut akan mulai membunuh sandera jika Israel menyerang rumah-rumah warga sipil di Gaza tanpa peringatan. Hal ini mungkin menjadi bumerang bagi Hamas jika diterapkan.
Pimpinan Hamas mengatakan bahwa tujuan serangan tersebut adalah untuk mengakhiri ‘pelanggaran Israel’, menjamin pembebasan tahanan Palestina, dan ‘kembali ke proyek pendirian negara’.
Hamas mungkin bisa mendapatkan kesepakatan pertukaran tahanan dengan Israel, meskipun, di masa lalu, banyak dari mereka yang dibebaskan dari penjara Israel dengan cepat ditangkap kembali.
Namun kelompok ini tidak memiliki peta jalan yang jelas, untuk bergerak maju dalam ‘mendirikan negara’ dan tidak dapat memiliki negara yang terpisah dari Otoritas Palestina di Tepi Barat yang diduduki.