Kualitas Udara di Palembang dan Jambi Buruk, Kasus ISPA Meningkat

Semangat pelajar di Palembang berangkat ke sekolah menggunkan perahu motor menembus kabut asap di pagi hari, Rabu (06/09). (Foto:Dok/Antara)

JAKARTA – Kualitas udara di Kota Palembang dan Jambi dideteksi memburuk, bahkan mencapai level ‘tidak sehat’ lantaran berhari-hari diselimuti kabut asap hingga Kamis (7/9).

Sejumlah kota di Indonesia diselimuti kabut asap imbas kebakaran hutan dan lahan (karhutla), yang meningkat signifikan dibandingkan tahun lalu.

Sementara di wilayah Provinsi Kepulauan Riau (Kepri), masuk dalam kategori waspada kabut asap.

Akibatnya, kasus penderita penyakit infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) yang disebabkan buruknya kualitas udara meningkat dari tahun lalu.

Pegiat lingkungan khawatir situasinya dapat memburuk, mengingat musim kemarau yang kering akibat fenomena El Nino masih akan berlangsung hingga Oktober.

Pemerintah pun diminta menindak tegas korporasi yang menyebabkan karhutla. Sebelum kondisi tersebut akan semakin parah dan berdampak burtuk bagi masyarakat.

“Saya dan keluarga setiap paginya merasa tidak segar bernapas. Kami juga merasa tidak nyaman, ada aroma asap,” keluh seorang warga Palembang, Adi Surya Dirgantara dikutip dari BBC.

Adi Surya menambahkan, bahwa dia dan tiga anaknya sampai sakit akibat kabut asap yang menyelimuti kawasan tempat tinggal mereka.

“Tenggorokan terasa kering, mata agak pedih, hidung kami tersumbat. Sudah satu minggu ini mengalami demam,” kata Adi.

Sementara pihak BMKG mengatakan, karhutla menjadi salah satu penyebab memburuknya kualitas udara di Palembang belakangan ini.

Baca juga: Kepri Masuk dalam Kategori Wilayah Waspada Kabut Asap
Baca juga: Asap Kiriman dari Kalimantan Selimuti Bintan

Pada Kamis (7/9) pekan lalu, indeks standar pencemaran udara untuk PM2,5 menunjukkan bahwa kualitas udara di kota ini ‘tidak sehat’.

Adi pun mengaku dirinya was-was dengan kondisi itu, dan terpaksa membatasi aktivitas anaknya di luar ruangan.

“Anak saya yang pertama begitu pulang sekolah tidak saya izinkan lagi untuk main di luar. Kalau ke sekolah juga wajib pakai masker,” tuturnya.

Kota Jambi turut mengalami hal serupa, menurunnya kualitas udara lantaran terdampak kabut asap kiriman dari wilayah Sumatra Selatan.

Akibatnya, sekolah-sekolah mulai mewajibkan siswanya untuk mengenakan masker. Salah satu guru di SDN 66 Jambi mengatakan mereka harus mengurangi aktivitas belajar di luar ruangan.

“Sejak beberapa hari terakhir kami tidak lagi mengadakan kegiatan seperti senam, mengingat kondisi udara yang masuk kategori tidak sehat,” kata Jupri.

Pemerintah di kedua kota tersebut belum menetapkan status siaga darurat bencana asap. Padahal jumlah kasus ISPA dilaporkan telah meningkat.

Kepala Dinas Kesehatan Sumatra Selatan, Trisnawarman mengatakan, kasus ISPA di Sumatera Selatan terjadi peningkatan.

Saat ini tercatat ada 4.000 kasus ISPA dalam sebulan, sejak Juli hingga Agustus 2023.

“Biasanya kalau faktor kemarau ISPA keluar, ditambah lagi faktor asap, kan pagi bau asap kan, apalagi malam,” kata Trisnawarman dikutip dari kompas.

Trisnawarman menambahkan, pihaknya telah mengeluarkan surat edaran kepada masyarakat agar mengurangi aktivitas di luar rumah dan mengenakan masker saat bepergian.