Tanjungpinang, Ulasan.Co -Lembaga Swadaya Masyarakat Air, Lingkungan dan Manusia (LSM Alim) mengingatkan bahwa warga Pulau Bintan, Kepulauan Riau terancam mengalami krisis air bersih karena masih buruknya manajemen pengelolaan sumber air bersih di daerah itu.
Direktur LSM Alim, Kherjuli, di Tanjungpinang, Jumat, mengatakan,krisis air bersih terus berlarut dirasakan penduduk di Pulau Bintan dari tahun ketahun.
Untuk menutupi neraca air di Pulau Ninyam yang defisit dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari, pemerintah sebenarnya melalui Balai Wilayah Sungai (BWS) Kementerian PU telah menyiapkan waduk.
“Kami apresiasi itu. Walau masih jauh dan terkesan lambat. Karena masalah yang kita hadapi saat ini, bukan lagi persoalan air baku saja, tetapi lebih pada air bersih yang dapat dikonsumsi,” ucapnya.
Ia mengemukakan permasalahan yang dihadapi sekarang adalah percepatan penyediaan air minum perkotaan. Ia mencontohkan Batamyang mampu memenuhi kebutuhan air masyarakat. “Hal itu disebabkan manajemen pengelolaan sumber air bersih cukup baik,” katanya.
“Kapasitas air harus selalu lebih awal ditingkatkan sebelum terjadi penambahan penduduk. Jumlah penduduk mempengaruhi berapa banyak kebutuhan air. Batam sadar akan itu,” tuturnya.
Data PDAM Tirta Kepri menunjukkan bahwa baru 41 persen jumlah penduduk terlayani dengan pemakaian rata-rata masih di bawah 17m3/KK/bulan, katanya.
Ia mengemukakan kajian potensi sumber daya air di Pulau Bintan telah dilakukan berbagai pihak sejak tahun 80-an. Dari hasil kajian itu, disimpulkan bahwa potensi Sumber Daya Air di Pulau Bintan, khususnya air permukaan, sangat potensial dan berlimpah.
Selain faktor curah hujan, di beberapa daerah di Pulau Bintan terdapat teluk yang bisa dibendung, di antaranya di Busung dan Dompak.
Khusus Busung, pernah direncanakan menjadi sumber air baku yang akan dipasok ke Singapura, sebagai wujud kerja sama Indonesia dan Singapura.
Klausul kerja sama Indonesia dan Singapura di Bintan, selain Pariwisata di Lagoi, kemudian Industri di Lobam, juga pengembangan Sumber Daya Air di sekitarBusung, ujarnya.
Kawasan Lagoi dan Lobam telah terwujud. Sedangkan soal air tidak terwujud. Karena itu Singapura masih bertahan impor air dari Johor Malaysia, ujarnya.
“Perkembangan terakhir,tidak lagi diperuntukkan untuk memasok air ke Singapura, melainkan untuk memenuhi kebutuhan warga di Pulau Bintan dan Batam.
Progresnya sudah terlihat, ditandai dengan Kajian Amdal, penyusunan DED, meski lambat,” katanya.