Mau Jadi Caleg, Pengamat: Mahar Politik Memang Harus Disiapkan

Zamzami
Pengamat politik Zamzami A Karim. (Foto: Ist)

TANJUNGPINANG – Pengamat Politik Provinsi Kepulauan Riau (Kepri), Zamzami A Karim menyampaikan, praktik mahar politik bakal calon legislatif (bacaleg) ke partai politik (parpol) otomatis ada yang harus disiapkan untuk meraup suara di pemilu.

Dirinya berpandangan mahar tersebut biasa disebut modal logistik atau uang yang wajib dikeluarkan si caleg saat pengurusan administrasi, kesiapan logistik hingga pencocokan posisi nomor urut.

“Mahar itu pasti ada, mereka mempersiapkan diri. Artinya mereka untuk maju jadi caleg, mereka harus siapkan banyak modal, tidak hanya uang saja melainkan modal politik dan sosial,” ujar Zamzami di Tanjungpinang, Senin (01/05).

Biasanya sebelum pendaftaran, calon-calon tersebut digodok di partai. Sebab, yang memberikan keputusan layak atau tidaknya adalah pimpinan partai. Hal itu sebagaimana di aturan dalam persyaratan yang dibuat KPU.

“Sekarang inikan masih berlaku sistem pemilihan terbuka, dengan sistem ini peluang kader-kader partai aktif dan pengalaman masih sangat terbuka, peran mereka ini kadang dikalahkan dengan tokoh-tokoh rekrutan dari luar, apalagi mereka yang berduit,” ujar.

“Di situ negosiasi mulai muncul, biasa kalau mendaftar tidak cukup membawa surat CV (curriculum vitae) saja, tapi juga mempersiapkan logistik untuk partai mengkampanyekan dia, atau partai mensosialisasikan si calon itu,” bebernya.

Menurutnya, modal caleg untuk maju di Pileg 2024 tidak hanya berpengaruh di tengah masyarakat, tapi juga dipandang perlu untuk permodalan administrasi partai.

“Peran besar caleg-caleg berduit juga sangat berpengaruh dalam pengisian nomor urut dalam caleg yang diusulkan parpol,” katanya.

Baca juga: Hari Pertama Dibuka, Belum Ada Caleg Mendaftar ke KPU Kepri

Di sini juga bukan tidak mungkin terjadi indikasi jual beli atau negosiasi nomor urut. Untuk menentukan seseorang itu di nomor urut.

“Dulu hal ini sempat terjadi, orang membeli nomor urut ke pimpinan partai untuk dapat nomor satu. Dulu, biasanya biaya kampanyenya lebih besar dari pada mereka yang dapat nomor urut satu,” jelas Zamzami.

Ikuti Berita Lainnya diĀ Google News