BATAM – Di tengah hiruk-pikuk Kota Batam, Kepulauan Riau, sebuah tempat bernama Rumah Singgah Ar Rahman Rusli dan Firza Paloh hadir sebagai oase bagi anak-anak berkebutuhan khusus.
Rumah ini didirikan dengan tujuan mulia, yakni memberikan perhatian kepada anak-anak dengan berbagai kondisi, seperti autisme, down syndrome, cerebral palsy, dan gangguan perkembangan lainnya.
Bertepatan dengan Hari Cerebral Palsy Sedunia pada Ahad 6 Oktober 2024, rumah singgah yang berlokasi di Marina, Batu Aji ini, mengadakan sejumlah kegiatan melibatkan anak-anak istimewa dan orang tua mereka dari berbagai wilayah di Kepri. Puluhan anak berkebutuhan khusus terlihat mengikuti acara tersebut, didampingi orang tua mereka.
Suasana haru terasa ketika beberapa orang tua menitikkan air mata mendengar pengalaman satu sama lain, dan memberikan dukungan dengan penuh kehangatan.
“Berkumpul seperti ini bisa memberikan semangat, dan orang tua bisa berkomunikasi serta berbagi cerita, mengurangi sedikit beban mereka. Bahkan, ada yang datang jauh-jauh dari Riau,” ungkap Pietra M Paloh, pemilik yayasan.
Saat ini, menurut Pietra, rumah singgah yang juga menjadi pusat kegiatan Yayasan Anak Istimewa dan Sosial Batam ini menampung 57 anak dengan cerebral palsy, serta sekitar 12 anak dengan kondisi hidrosefalus.
“Untuk anak yang menderita jantung bocor, kami masih mengumpulkan data, tapi jumlahnya terus meningkat. Ada juga yang mengalami kelainan lain seperti tunarungu, hiperaktif, tumor, dan kondisi fisik lainnya. Kami mendata supaya bisa memberikan bantuan yang tepat,” jelas Pietra.
Selain sebagai tempat bagi anak-anak berkebutuhan khusus, Pietra menambahkan bahwa rumah singgah ini juga terbuka bagi keluarga yang sedang menjaga sanak saudara di rumah sakit sekitar Batam.
“Mereka bisa memanfaatkan tempat ini untuk beristirahat,” katanya.
Kedepannya, yayasan ini berencana mendatangkan terapis dari Batam, Jakarta, dan Malaysia untuk memberikan edukasi kepada para orang tua mengenai perawatan yang optimal bagi anak-anak mereka.
Yayasan ini bersama Gerakan Restorasi Pedagang dan UMKM (GARPU) akan mengadakan pelatihan ekonomi bagi orang tua agar mereka dapat membuka usaha di waktu senggang.
“Dengan begitu, mereka bisa berdagang dan meningkatkan penghasilan,” tambah Pietra.
Pietra menutup perbincangan dengan menjelaskan alasan mendirikan rumah singgah ini. “Motivasi saya sederhana, saya takut masuk neraka. Dosa saya dan saudara-saudara saya sudah terlalu banyak. Mungkin lewat rumah ini, kami bisa menebus dosa-dosa kami,” ujarnya.
Awal Mula Berdiri
Nazlia, salah satu pengurus rumah singgah, menceritakan bahwa awal mula terbentuknya perkumpulan orang tua dengan anak berkebutuhan khusus berawal pada 2017. Kala itu, ia juga dikaruniai anak dengan kondisi hidrosefalus dan cerebral palsy. Suatu ketika, ia bertemu dengan beberapa orang tua yang mengalami hal serupa.
“Saya mulai berbicara dengan mereka, dan akhirnya tercetus ide untuk membentuk komunitas yang saling mendukung, agar kami tidak merasa sendirian,” kenangnya.
Awalnya, komunitas tersebut hanya terdiri dari lima orang, kemudian bertambah menjadi sepuluh, dan terus berkembang hingga saat ini.
“Kami berupaya untuk mencari orang tua lain yang senasib dengan kami,” ungkapnya.
Baca juga: Bupati Karimun Resmikan Rumah Singgah Pasien untuk Warga Perbatasan Riau-Kepri
Nazlia juga menceritakan pertemuannya dengan Titin, seorang ibu yang mengadopsi anak berkebutuhan khusus bernama Naira, penderita hidrosefalus. Pengabdian Titin merawat Naira selama puluhan tahun hingga wafat pada 2019 menginspirasi banyak orang tua untuk terus memperjuangkan anak mereka.
“Jika beliau bisa merawat anak yang bukan darah dagingnya, kami sebagai orang tua tentu harus memberikan yang terbaik untuk anak-anak kami. Akhirnya, pada November 2023, yayasan ini resmi berdiri,” jelasnya.
Kini, Yayasan Anak Istimewa dan Sosial Batam aktif mengadakan pertemuan bulanan di Rumah Singgah Ar Rahman Rusli dan Firza Paloh, di mana orang tua anak berkebutuhan khusus bisa berbagi cerita dan saling mendukung. (*)
Ikuti Berita Ulasan.co di Google News