Melihat Peluang Caleg Kepri “Incumbent” Kepri

 Tak Selesai, Proyek Seragam DPRD Kepri Dibayar Lunas
Kantor DPRD Kepri di Tanjugpinang (Foto: Muhammad Bunga Ashab)

Pemilu Legislatif 2024 sudah di depan mata, aktivitas politik masing-masing caleg di seluruh Indonesia pun semakin meningkat, tak terkecuali di Tanjungpinang, ibu kota Kepulauan Riau.

Sejarah pemilu legislatif tingkat provinsi di Kepri dimulai sejak tahun 2004 atau sejak wilayah itu dimekarkan dari Riau.

Setelah 20 tahun berlalu, kini wajah politisi kembali menghiasi spanduk, baliho, media sosial dan surat suara. Dari 90 orang calon anggota legislatif (caleg) Kepri ternyata sebagian kecil merupakan wajah lama.

Siapakah mereka? Teddy Jun Askara dari politisi Golkar, Rudy Chua politisi Partai Hanura, Bobby Jayanto politisi Partai Nasdem dan Eis Aswati.

Sedangkan Lis Darmansyah, yang sampai sekarang menjabat sebagai Ketua Fraksi Demokrasi Indonesia Perjuangan DPRD Kepri memutuskan tidak mencalonkan diri kembali pada Pemilu 2024. Namun Yuniarni Pustoko Weni, istrinya yang saat ini menjabat sebagai Ketua DPRD Tanjungpinang mencalonkan diri sebagai Caleg Kepri daerah pemilihan Tanjungpinang.

Lima politisi tersebut digadang-gadang merupakan caleg yang mungkin duduk kembali seluruhnya atau hanya beberapa di antara mereka yang memperoleh suara terbanyak.

Pemilu 2024 tentu bukan pesta demokrasi yang biasa karena ada sejumlah indikator yang dapat menentukan nasib para politisi. Modal sosial yang tertanam selama lima tahun bukan tidak mungkin dikalahkan dengan indikator lainnya, misalkan politik uang dan pengaruh figur Pilpres 2024 terhadap caleg yang berada dalam satu partai koalisi.

Apalagi ada sejumlah politisi lainnya yang baru muncul dengan mesin politik yang cukup kuat, misalkan Ismiati dan Rizha Hafiz dari Partai Keadilan Sejahtera (PKS).

Kedua politisi tersebut memiliki merupakan publik figur bidang keagamaan yang cukup dikenal masyarakat Tanjungpinang. Mereka juga potensial mendapatkan dampak positif dari pertarungan Pilpres 2024.

Kemudian Rini Fitrianti juga memiliki peluang yang cukup besar. Dua hal yang membuat politisi asal Partai Gerindra diperhitungkan. Pertama, potensial mendapatkan suara sebagai imbas Pilpres 2024. Kedua, Rini merupakan putri dari HM Sani (almarhum), mantan Gubernur Kepri.

Kemudian juga ada Caleg Kepri dari Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) yang cukup berpengalaman yakni Syaiful Bahri, Agusnawarman dan Nurhidayat. Syaiful Bahri merupakan mantan anggota DPRD Tanjungpinang, sedangkan Agusnawarman mantan pejabat eselon II Pemprov Kepri dan Nurhidayat bekerja sebagai kapten kapal. Mesin politik partai ini bekerja.

Bagaimana dengan Teddy Jun Askara? Teddy merupakan politisi senior asal Golkar. Basis massanya dikenal sulit “diganggu” oleh rival politiknya sehingga wajar bila ia berhasil meraup suara yang signifikan dan menjabat sebagai anggota DPRD Kepri selama dua periode.

Kemudian Bobby Jayanto? Bobby Jayanto merupakan pengusaha dari etnis tionghoa. Ia dibesarkan Partai Nasdem. Politisi kelahiran tahun 1953 itu pernah menjabat sebagai Ketua DPRD Tanjungpinang. Mesin politik Partai Nasdem untuk mendapatkan satu kursi di DPRD Kepri dinilai cukup kuat karena ada Agung Wira Dharma, suami dari mantan Wali Kota Tanjungpinang. Selain itu, terdapat Ria Ukur Rindu Tondang, yang saat ini masih menjabat sebagai anggota DPRD Tanjungpinang.

Yuniarni Pustoko Weni juga merupakan politisi yang kuat. Lis Darmansyah, suaminya merupakan politisi senior PDIP dan juga mantan Wali Kota Tanjungpinang memperkuat Weni meraih suara yang signifikan. Pertarungan politik Pilpres 2024 juga potensial berdampak positif menambah suara Weni pada pemilu kali ini.

Baca juga: Menguji Netralitas ASN dalam Pesta Demokrasi 2024 di Kota Gurindam

Bagaimana pula dengan Eis Aswati, politisi perempuan asal Partai Demokrat. Eis memberi kejutan kepada politisi di Kepri pada Pemilu 2019 dengan memperoleh suara signifikan. Eis diperhitungkan pada Pemilu 2024 karena diperkuat oleh pengaruh politik Agus Wibowo, Ketua DPRD Kabupaten Bintan, yang mencalonkan diri sebagai anggota DPR dapil Kepri.

Sementara Rudy Chua, politisi senior Partai Hanura sejak Pemilu 2004 sulit digeser. Rudy seolah kokoh mendapatkan suara cukup signifikan dalam setiap pemilu. Pada Pemilu 2019, perolehan suara Rudy berdekatan dengan Rizha Hafiz.

Rudy kerap menggunakan “mesin tunggal” untuk memperoleh kepercayaan publik. Kekuatan Rudy berada pada komunikasi politik dengan konstituennya, realisasi rncana kerja yang menyentuh kepentingan publik.
(*)

Ikuti Berita Ulasan.co di Google News