JAKARTA – Kelompok pejuang Islam Hamas menunjuk Yahya Sinwar sebagai pemimpin baru, menggantikan Ismail Haniyeh yang belum lama ini tewas terbunuh di Teheran, Iran.
Yahya Sinwar yang merupakan seorang militan garis keras, kini menduduki posisi tertinggi dalam kelompok perlawanan bersenjata yang menentang pendudukan Zionis Israel tersebut.
Pengangkatan Sinwar diumumkan dalam sebuah pernyataan singkat oleh Hamas, Selasa 06 Agustus 2024 yang disiarkan media pemerintah Iran yang pro-Hamas.
Sinwar dikenal sebagai pemimpin militer Hamas, dan diduga menjadi otak di balik serangan 7 Oktober terhadap Israel, diyakini bersembunyi di serangkaian terowongan bawah tanah di Gaza.
Dia disebut-sebut sebagai sosok pengambil keputusan utama Hamas di Gaza, dan diyakini memegang kendali atas sekitar 120 sandera Israel yang masih menjadi tahanan Hamas.
Sinwar menggantikan Ismail Haniyeh, mantan kepala politik Hamas yang tewas dalam serangan bom pekan lalu yang diklaim oleh Hamas dan pejabat Iran dilakukan oleh Israel.
Pembunuhan ini terjadi selama pelantikan presiden baru Iran, dan telah meningkatkan kekhawatiran akan perang regional yang lebih besar dengan melibatkan Iran, yang mendukung Hizbullah di Lebanon dan Hamas di Gaza.
Iran bahkan telah berjanji untuk membalas terhadap Israel atas serangan di wilayahnya. Sementara Haniyeh adalah tokoh kunci dalam pembicaraan antara Israel dan Hamas mengenai gencatan senjata, dan dianggap sebagai perantara antara Israel dan Sinwar.
Haniyeh memiliki sedikit kendali langsung atas militan Hamas di Jalur Gaza dan dianggap sebagai moderat relatif, mengarahkan delegasi Hamas dalam pembicaraan yang dimediasi oleh Mesir, Qatar, dan AS yang bertujuan untuk kesepakatan gencatan senjata dan pembebasan sandera serta tahanan.
Sinwar adalah anggota pendiri Hamas dan dianggap sebagai tokoh paling berkuasa dalam kelompok tersebut.
Mantan kepala dinas intelijen kelompok ini menghabiskan 23 tahun di penjara Israel, menjalani empat hukuman seumur hidup karena percobaan pembunuhan dan sabotase.
Seorang mantan interogator menggambarkannya sebagai ‘1000 persen berkomitmen dan 1000 persn keras, orang yang sangat, sangat keras’.
Sinwar dibebaskan sebagai bagian dari pertukaran di mana Israel menukar 1.000 tahanan pada 2011 sebagai ganti Gilad Shalit, seorang tentara Israel yang ditangkap lima tahun sebelumnya oleh Hamas.
Sinwar dengan cepat kembali ke militansi, dan mengatakan dia menyimpulkan bahwa menangkap tentara Israel adalah kunci untuk membebaskan tahanan dari Israel.
Pengangkatan Sinwar akan makin mengonsolidasikan kelompok tersebut di bawah kendalinya, yang mana peningkatannya ke kepala sayap politik Hamas akan menimbulkan keraguan lebih lanjut tentang potensi kesepakatan gencatan senjata dapat tercapai dalam konflik tersebut.
Sinwar diyakini meluncurkan serangan 7 Oktober dari Gaza tanpa memberitahu kepemimpinan politik, yang bermarkas di bawah Haniyeh di Qatar.
“Dengan memilih Sinwar untuk memimpin Hamas, organisasi ini mengakhiri perbedaan antara pemimpin eksternal dan internal dan menghilangkan ilusi moderasi yang ada untuk mengungkapkan wajah sebenarnya,” tulis Aaron David Miller, seorang rekan senior di Carnegie Endowment, dilansir The Guardian, Rabu 07 Agustus 2024.