Pasar Sekilo di Teluk Sasah Bintan Asal Bangun, Masyarakat Sebut Baiknya Dijadikan Sekolah

Gedung Pasar Sekilo di Teluk Sasah, Kecamatan Seri Kuala Lobam, Kabupaten Bintan, Kepulauan Riau (Kepri) yang sudah ditinggalkan pedagang sejak tahun 2018 dan dibangun dengan anggaran Rp2,4 miliar. (Foto:Dok/Ulasan Network)

BINTAN – Tokoh masyarakat Tanjunguban, Bintan, Kepulauan Riau (Kepri), Moh Idha menyayangkan pembangunan Pasar Sekilo tidak dilakukan kajian dengan matang, sehingga terbengkalai sejak tahun 2017 hingga saat ini.

Pasar Sekilo dibangun di atas tanah timbunan wilayah Teluk Sasah, Kecamatan Seri Kuala Lobam, Kabupaten Bintan. Mengutip laman BPK RI, Pasar tersebut dibangun dengan anggaran Rp2.487.307.369.

“Kami melihat pembangun pasar tersebut tidak dilakukan dengan kajian yang matang. Sehingga pasar ini terbiar begitu saja. Sayang uang rakyat, uang pemerintah. Lebih baik bangun sekolah. Kalau sekolah di dalam hutan pun orang kejar,” ujar Moh Idha dalam dialog intraktif U-Talk Ulasan TV, Rabu 21 Agustus 2024.

Sebagai warga Tanjunguban, dia menggambarkan akses menuju ke pasar tersebut tidak memudahkan pengunjung untuk berbelanja. Akhirnya pasar tersebut sepi ditinggal pedagang.

“Bagaimana warga mau ke sana, akses jalan saja tidak jelas,” singkat Moh Ida menegaskan.

Tidak hanya masalah akses, Idha juga menuturkan pemerintah saat merekomendasikan agar pasar tersebut tetap dibangun pada zaman itu, tidak melakukan berbagai pertimbangan yang cukup matang.

“Tidak matang kajiannya asal bangun,” timpalnya.

Zulfahmi salah satu pedagang Pasar Sekilo menambahkan, sejak dirinya ikut dalam aktivitas berdagang di pasar tersebut, tidak dipungkiri banyak warga yang mengeluhkan barang dagangan yang tidak lengkap.

Sehingga, kata Zulfahmi, pasar ini tidak bisa bertahan lama. Dia menceritakan, sejak tahun 2017 pasar tersebut direncanakan dibangun dan dioperasikan tahun 2018.

Lanjut Zulfahmi, memang Pasar Sekilo sempat difungsikan dan ada pihak-pihak yang bertanggungjawab untuk mengelola dan bahkan ada retribusi yang dipungut. Namun hingga saat ini, pengelola tersebut tidak tahu kemana dan bagaimana pertangjawabannya.

“Awal-awal banyak yang datang berbelanja, tapi lama kelamaan pembeli jadi malas datang lagi karena barang dagangan mulai sepi. Akhirnya warga lebih memilih berbelanja ke pasar tradisional di Tanjunguban,” terang Zulfafmi.

Mendengar banyak keluhan dan kritikan mengenai pasar itu, Kadisperindag Bintan, Asy Syukri menambahkan dirinya berjanji akan berdiskusi kembali bersama pihak-pihak terkait begitupun juga tokoh masyarakat setempat.

Dirinya menyampaikan, setelah banyak menerima keluhan, pemerintah berencana tidak lagi memfungsikan pasar tersebut sebagai gedung pasar tradisional melainkan untuk dialih fungsikan sebagai gedung serbaguna dan fasilitas olahraga.

“Kami menerima kritikan yang membangun dari berbagai pihak. Setelah ini kami akan rapatkan lagi bersama pihak-pihak terkait, termasuk di antaranya akademisi, dimana rencana kita akan difungsikan sebagai gedung serbaguna dan sarana olahraga,” ungkap Asy Syukri.