PBSI Evaluasi Diri Bersama Legenda Bulu Tangkis Indonesia Peraih Emas Olimpiade

Legenda bulu tangkis Indonesia peraih medali emas di Olimpiade Sydney 2000, Candra Wijaya. (Foto:Dok/Istimewa/kompas)

JAKARTA – Demi mendongkrak prestasi bulu tangkis Indonesia, Pengurus Pusat Persatuan Bulu Tangkis Seluruh Indonesia (PP PBSI) menggelar audiensi dengan legenda bulu tangkis Indonesia peraih medali emas Olimpiade.

Diketahui, acara audiensi tersebut dijadwalkan hari ini, yang berlangsung di Pelatnas Cipayung, Senin (23/10/2023).

Audiensi ini digelar, menyusul kegagalan bulu tangkis Merah Putih meraih medali di Asian Games Hangzhou 2022.

Sehingga, PP PBSI bergerak cepat dengan membentuk kelompok kerja (pokja) Road to Olympic Paris 2024. Tim yang diketuai Sekjen PP PBSI M. Fadil Imran.

Daftar nama legenda bulu tangkis nasional yang diundang tersebut, ada pasangan suami istri Alan Budi Kusuma-Susy Susanti yang menjadi juara di tunggal putra dan putri Olimpiade Barcelona 1992.

Kemudian, Ricky Subagja (Olimpiade Atlanta 1996), Candra Wijaya (Olimpiade Sydney 2000), Taufik Hidayat (Olimpiade Athena 2004).

Kemudian pasangan ganda campuran Tontowi Ahmad-Liliyana Natsir yang merebut medali emas di Rio de Janeiro 2016. Terakhir, ada Greysia Polii yang merupakan kampiun Olimpiade Tokyo 2020 bersama Apriyani Rahayu di sektor ganda putri.

Baca juga: Denmark Open 2023: Tiongkok Dominasi Juara, Indonesia Runner-up

Menurut Candra Wijaya, undangan yang ia terima ini merupakan sebuah kejutan baginya. Sebab undangan ini datang di tengah kondisi memburuknya prestasi bulutangkis, yang gagal meraih satu medali pun di Asian Games lalu.

“Mungkin jika diminta masukan atau sumbangsih, ya tentunya ini baik ya. Tapi, saya cukup surprise lah,” tutur Candra dikutip dari jawapos.

Menurut dia, dalam kondisi terpuruk pihaknya baru dilibatkan atau diundang. Namun, ketika kondisi baik, seolah-olah tidak dianggap dan dilupakan.

“Jadi menurut saya, ada kurang fair-nya di sini sih,” ungkapnya.

Berdasar pantauan Candra Wijaya, persaingan badminton sudah sangat ketat. Selain itu, padatnya turnamen yang diikuti membuat tidak terlalu efektif bagi atlet.

Sebab, dia menilai banyaknya turnamen itu pastinya berdampak pada fokus dan konsentrasi pemain.