Tanjungpinang – Ratusan pengungsi atau pencari suaka asal Afghanistan menduga United Nations High Commissioner for Refugees (UNHCR) berbisnis dalam proses pemindahan para pencari suaka ke negara ketiga.
Hal itu digaungkan para pengungsi saat menggelar aksi di Lapangan Pamedan Ahmad Yani, Kota Tanjungpinang, Kepulauan Riau (Kepri), Senin (25/10) pagi.
Salah seorang pengungsi, Yahya Jamely mengatakan, pihaknya menduga hal itu benar terjadi. Pasalnya, hingga saat ini belum ada UNCHR mengambil tindakan akan nasib para pencari suaka yang ada Pulau Bintan.
“UNCHR tidak mengajukan nama kami,” ujarnya.
Menurutnya, selama ini UNCHR sudah mendengar aspirasi dan keluhan para pengungsi. Akan tetapi, belum ada kejelasan yang diberikan hingga saat ini.
Mereka menilai UNHCR sengaja menahan para pengungsi demi kepentingan tertentu.
Ratusan pengungsi itu melakukan aksi dengan tuntutan yang sama pada aksi-aksi sebelumnya. Mereka menuntut agar UNHCR dapat segera memberikan kepastian tujuan negara ketiga mereka.
Berdasarkan pantauan Ulasan, ratusan pengungsi itu terus menggaungkan kalimat meminta tolong kepada UNHCR dan juga para negara ketiga.
“Mereka menahan kami agar posisi mereka tidak hilang,” tuturnya.
Baca Juga: UNHCR Ungkap Penyebab Lambatnya Proses Pengungsi di Indonesia Menuju Negara Ketiga
Yahya menjelaskan, para pengungsi telah melakukan aksi serupa berulangkali dengan tuntutan yang sama yakni meminta UNHCR agar dapat memberikan kejelasan perpindahan para pengungsi ke negara ketiga.
Dari spanduk yang mereka bawa, para pengungsi itu menampilkan foto-foto rekannya yang telah meninggal dunia akibat melakukan aksi bunuh diri lantaran depresi. Tercatat telah 15 orang yang melakukan aksi bunuh diri di Tanjungpinang.
Pada aksi kali ini, terlihat seorang pengungsi yang tumbang dan dilarikan ke rumah sakit.
Lanjutnya, para pengungsi mengatakan, merasa depresi lantaran terlalu lama berada di Indonesia. Sementara anggota keluarga mereka lainnya berada di Afghanistan yang saat ini kondisinya semakin mencekam.
Bahkan, terdapat pengungsi yang telah berada di Indonesia sejak 2002 lalu.
Pihaknya pun telah beberapa kali berdiskusi dengan UNCHR dan beberapa pihak terkait. Akan tetapi para pengungsi selalu diminta menunggu.
“Hasilnya selalu sama. Selalu menunggu,” tuturnya.
Aksi pun berakhir sekitar pukul 12 siang. Para pengungsi mengucapkan terima kasih kepada pemerintah Indonesia dan juga pihak keamanan yang telah memberi mereka ruang untuk menyampaikan aspirasi.
Hingga berita ini dimuat, pihak UNHCR belum dapat dikonfirmasi. (*)