Surabaya – Polda Jawa Timur (Jatim) membentuk tim untuk mengejar seorang pria yang membuang dan menendang sesajen di lokasi bencana Gunung Semeru, Kabupaten Lumajang.
“Kami sudah membentuk tim untuk melakukan pencarian pelaku,” kata Kabid Humas Polda Jawa Timur, Kombes Pol Gatot Repli Handoko dikonfirmasi di Surabaya, Senin (10/1).
Ia mengatakan, pihaknya kini melakukan pencarian dan monitoring media sosial yang mengunggah video tersebut.
Baca juga: Warga Terdampak Letusan Gunung Semeru Hari Ini Makan Rendang
Terkait identitas pelaku yang diduga relawan itu apakah asli warga setempat atau pendatang, Kombes Pol Gatot belum bisa menjelaskan lebih rinci.
Ia mengimbau masyarakat maupun relawan agar menjaga kondusivitas di sekitar area bencana, termasuk Gunung Semeru.
“Karena selama ini Lumajang sudah mulai damai, mulai aman, dan mulai bagus. Jangan sampai dirusak dengan adanya video-video yang mengandung SARA dan kita harus menghormati kearifan lokal daerah situ,” ucap dia.
Baca juga: Status Gunung Semeru Dinaikkan Menjadi Siaga level 3
Sementara itu, putri sulung Presiden Ke-4 Abdurrahman Wahid, Alissa Wahid di Twitternya @AlissaWahid mencuitkan, “mempersilakan kalau ada masyarakat yang yakin dengan sesajen itu tidak boleh. Tapi, memaksakan keyakinan tersebut kepada yang meyakini itu tidak boleh.”
“Repot memang ketemu yang model-model begini. Susah banget memahami bahwa dunia bukan milik kelompoknya saja,” cuitnya.
Baca juga: Korban Jiwa Akibat Guguran Awan Panas Gunung Semeru Bertambah Jadi 48 Orang
Sebelumnya, video seorang memakai rompi hitam memaki pemakaian sesajen di kawasan Gunung Semeru. Dalam video tersebut, ia membuang sesajen di depannya, bahkan ada yang ditendang oleh pria tersebut.
Bupati Lumajang Thoriqul Haq mengaku kecewa dengan ulah pria yang menendang sesaji di Gunung Semeru dan viral di media sosial.
Menurut dia, pria tersebut bukan mengurus tugasnya dan malah melanggar nilai-nilai yang ada di masyarakat lokal sekitar Gunung Semeru.
“Apa pun motifnya, tentu saya kecewa. Itu melanggar tata nilai yang kami hidup berdampingan bersama dengan seluruh agama, seluruh suku di Lumajang,” pungkasnya.