Rahmat Dalam Pelukan Sungai: Kisah Ditemukannya Remaja Difabel Tewas di Bakau

Penemuan jasad
Petugas saat mengevakuasi jasad ditemukan di Km 8 Atas, Kota Tanjungpinang, Kepulauan Riau. (Foto: Dok Warga)

Arus sungai itu tenang, warna airnya tidak bening, melainkan coklat. Sungai berukuran sekitar 10 meter itu kini menyimpan kisah duka.

Senin 8 Januari 2024, sekira pukul 11.00 WIB, perahu kecil milik Herwanto melintas pelan di alur sungai tepi perumahan Cristal Valley, Tanjungpinang.

Herwanto bermaksud mengangkat bubu kepiting di seberang sungai yang dipasang sejak beberapa hari lalu. Ia berharap ada kepiting masuk dalam perangkap bubu itu. Namun apa yang terjadi?

Saat hendak mengangkat bubu, ia justru menemukan jasad mayat terapung dengan posisi telentang. Sontak, itu membuatnya kaget.

Herwanto melanjutkan cerita. Ia tidak langsung membawa jasad tersebut, namun segera mendayung sampan ke rumahnya.

Kemudian ia pun memanggil istrinya dan menyampaikan apa yang baru saja dilihatnya.

“Ada mayat,” kata Yanti mengulangi ucapan suaminya.

Sang istri pun kaget mendengar perkataan suaminya itu, lalu balik bertanya, “Mayat apa?” Namun Herwanto hanya diam.

Istrinya yang kadung penasaran bergegas mengajak suaminya untuk melihat mayat itu.

Yanti langsung mengenalinya, sebab tiga hari lalu, tak jauh dari tempat itu, ada kabar hilangnya anak berkubutuhan khusus (difabel) berusia 14 tahun yang diunggah di berbagai akun media sosial.

Remaja itu bernama Rahmat Nur Hakim. Menurut kabar, anak itu hanyut di dalam selokan tidak jauh dari rumahnya saat bermain hujan.

Namun, Tim SAR telah mencarinya tiga hari berturut-turut, anak itu tak kunjung ditemukan. Hingga akhirnya mereka menghentikan sementara pencarian pada Ahad 7 Januari 2023.

“Ini ‘kan anak yang di-posting kemarin, yang autis itu?” ucap Yanti kepada suaminya.

Pasangan suami istri itu bergegas mencari bantuan ke perumahan yang berada di dekat sungai, tapi mereka tidak melihat ada orang yang melintas atau tengah berada di depan rumah.

Mereka berdua juga takut sembarangan mengangkat mayat itu, takut kalau suaminya jadi saksi.

“Mau kami tarik, takut jadi saksi, nanti jadi tersangka. Kami biarkan saja, cari warga lain mana tahu bisa hubungi polisi atau SAR,” kata perempuan beranak satu itu.

Ia pun mencari warga sekitar dan meminta mereka mengabari pihak kepolisian dan tim SAR terkait jasad itu. Saat polisi telah tiba, SAR tak kunjung datang.

Suaminya lalu berinisiatif menggunakan sampannya untuk mengambil mayat itu bersama dua orang lainnya. Ia khawatir jika dibiarkan lama, mayat itu kembali hanyut terbawa arus sungai.

“Suami saya yang dayung sampan, satu lagi polisi, satu lagi tak tahu saya,” kata dia.

Menurut Yanti, sehari sebelumnya, suaminya sempat melihat mayat itu. Tapi karena posisinya yang telungkup, suaminya mengira itu adalah boneka.

“Jadi dia biarkan saja,” kata dia.

Celana Dalam Loreng Jadi Penanda

Jenazah Rahmat tiba di Rumah Sakit Raja Ahmad Tabib (RSUD Provinsi Kepulauan Riau)
sekira pukul 12.25 WIB. Bapak korban datang sekitar 10 menit setelahnya.

Mengenakan jaket jin dan celana kain coklat, ia masuk ke dalam kamar jenazah diantarkan tiga orang. Tangisnya pecah dan hanya bisa terduduk lesu di kursi dalam ruangan itu.

Baca juga: Tim SAR Gabungan Pastikan Jasad Ditemukan Adalah Anak Hilang

Ia tak banyak bicara, raut wajahnya menggambarkan kesedihan yang mendalam, hilangnya sang buah hati tercinta.

Menurut Penata Kelola Pencari dan Pertolongan Basarnas Tanjungpinang, Edy Maryadi, mengungkapkan jika orang tua korban meyakini jika jasad tersebut adalah anaknya yang hilang.

Wajah, pakaian dan celana dalam korban menjadi penanda jika jasad itulah anaknya.

“Ayah korban meyakini, baju yang dipakai, celana yang dipakai serta celana dalam loreng yang beliau belikan, itulah penandanya,” kata dia. (*)