Rusuh dan Bangkrut, Presiden Sri Lanka Kabur ke Luar Negeri Pakai Pesawat Militer

Presiden Sri Lanka Gotabaya Rajapaksa. (Foto: Istimewa)
Presiden Sri Lanka Gotabaya Rajapaksa. (Foto: Istimewa)

KOLOMBO – Presiden Sri Lanka Gotabaya Rajapaksa kabur ke luar negeri menggunakan pesawat militer. Sebelumnya, kepergian pemimpin berusia 73 tahun yang dikenal sebagai ‘The Terminator’ itu sempat gagal usai terlibat perselisihan memalukan dengan personel imigrasi di bandara.

Sumber pemberitaan Sri Lanka menyebutkan, petugas imigrasi setempat menolak mencap paspor Rajapaksa yang telah menunggu di ruangan VIP bandara. Rajapaksa menolak menggunakan terminal umum karena takut akan kemarahan rakyatnya dan memilih VIP. Karena tak ada petugas imigrasi yang bersedia mencop paspornya, ia dan sang istri akhirnya menginap di pangkalan militer dekat bandara internasional utama setelah melewatkan empat penerbangan, yang bisa membawa mereka ke Uni Emirat Arab.

Dilansir dari AFP Rabu (13/7), Rajapaksa melarikan diri dengan istri dan seorang pengawalnya dengan pesawat militer Antonov-32. Pesawat itu lepas landas dari bandara internasional utama menuju Maladewa, Rabu pagi waktu setempat. “Paspor mereka dicap dan mereka naik pesawat khusus angkatan udara,” kata seorang pejabat imigrasi yang terlibat dalam proses itu kepada AFP.

Gotabaya Rajapaksa telah berjanji mengundurkan diri pada hari Rabu dan membuka jalan bagi “transisi kekuasaan yang damai”, setelah melarikan diri dari kediaman resminya di Kolombo tepat sebelum puluhan ribu pengunjuk rasa menyerbunya. Sebagai presiden, Rajapaksa memiliki kekebalan dari penangkapan. Dia diyakini ingin pergi ke luar negeri sebelum mengundurkan diri untuk menghindari kemungkinan ditahan.

Sri Lanka kini tengah dilanda krisis ekonomi parah hingga mengalami kebangkrutan. Kondisi tersebut ditegaskan Perdana Menteri (PM) Sri Lanka Ranil Wickremesinghe. Dia mengungkapkan, negaranya sedang menderita akibat krisis ekonomi berkepanjangan. Krisis ekonomi berkepanjangan itu membuat Sri Lanka bergejolak. Rakyat mengamuk hingga sejumlah massa dari berbagai wilayah di Sri Lanka berkumpul menggeruduk rumah Presiden Sri Lanka Gotabaya Rajapaksa.

Gotabaya Rajapaksa terpilih sebagai Presiden Sri Lanka melalui pemilihan presiden. Sumpah jabatannya diambil di kawasan suci Ruvanvaliseya Stupa di Anuradhapura pada 18 November 2019. Ia adalah seorang politisi non karir dan mantan perwira pertama yang menjadi presiden. Dia berhasil memenangkan pemilihan presiden dengan perolehan suara sebanyak 52,2 persen.

Selama dinas militer, Gotabaya memperoleh gelar magister pertahanan dari University of Madras. Dia juga menjalani pelatihan di Pakistan, India dan Amerika Serikat (AS). Setelah pensiun dari Angkatan Darat sebagai letnan kolonel pada 1991, Gotabaya melanjutkan pendidikan bidang teknologi informasi di University of Colombo. Kemudian, Gotabaya berpindah ke Amerika Serikat untuk bekerja sebagai profesional IT di Loyola Law School, California. Setelah itu, dia kembali ke Sri Lanka.

Melansir dari BBC, apa yang terjadi di Sri Lanka saat ini tengah menderita inflasi dan berjuang untuk mengimpor makanan, bahan bakar dan obat-obatan di tengah krisis ekonomi. Krisis ekonomi Sri Lanka ini adalah yang terburuk di negara itu dalam 70 tahun terakhir.

Selain itu, Sri Lanka juga kehabisan mata uang asing dan harus memberlakukan larangan penjualan bensin dan solar untuk kendaraan. Larangan tersebut menyebabkan antrian bahan bakar berhari-hari. Krisis Sri Lanka sejatinya telah dimulai sejak tahun 2019, diawali dengan insiden pengeboman di Kolombo dan kota-kota lain yang menewaskan lebih 250 orang. Kejadian itu memberikan pukulan serius bagi industri pariwisata dan diperburuk dengan munculnya pandemi Covid-19.