Tanjungpinang, Ulasan.Co – Bandara Internasional Raja Haji Fisabilillah (RHF) Tanjungpinang setiap harinya mengalami kerugian hingga puluhan juta rupiah sejak awal tahun 2019 ini. Kerugian yang terhitung Januari-Mei 2019 ini sudah mencapai Rp13 miliar dipicu adanya kenaikan harga tiket pesawat yang mengakibatkan penurunan terhadap jumlah penumpang.
Pelaksana Tugas (Plt) Eksekutif General Manager (EGM) PT Angkasa Pura I Cabang Tanjungpinang, M Wahib Jumadi mengatakan, kenaikan harga tiket mengakibatkan penurunan jumlah penumpang yang berangkat melalui bandara RHF Tanjungpinang. Sehingga PT Angkasa Pura I Cabang Tanjungpinang mengalami kerugian.
“Mahalnya harga tiket, membuat suasana bandara lebih sepi karena penumpang yang bepergian dengan pesawat lebih sedikit,” kata Jumadi didampingi sejumlah asisten saat menggelar coffee morning bersama awak media di Morning Bakery, Batu 8 Tanjungpinang, Jumat (14/6).
Jumadi berpendapat, bahwa dampak dari kenaikan harga tiket pesawat itu membuat masyarakat lebih memilih berangkat menggunakan jalur laut ketibang jalur udara. Sehingga, sejumlah maskapai yang melayani penerbangan ke Jakarta, Pekanbaru dan pulau-pulau sekitar Kepulauan Riau (Kepri) mengalami penurunan penumpang.
“Saat ini ada 3 pesawat besar tujuan Jakarta, Garuda, Sriwijaya dan Lion, dan Wings Air tujuan Batam dan Pekanbaru serta Susi Air ke Dabo,” ungkapnya.
Selain itu, untuk Wings Air ada penambahan rute baru yaitu menuju Letung, Kabupaten Kepulauan Anambas yang dibuka pada 24 Mei 2019. Namun, kata Jumadi, pihaknya juga akan berkomunikasi dengan pihak maskapai yang memiliki pesawat baling-baling terkait potensi rute ke pulau-pulau sekitar Kepri.
“Karena di Kepri yang lebih favorit adalah penerbangan antarpulau dibandingkan ke Jakarta, karena pergerakan bisnis
kebanyakan berputar di Kepri saja. Nanti kami akan usulkan penerbangan Tanjungpinang-Karimun, karena Tanjungpinang kan ibukota provinsi tentu mobilitas orang akan banyak ke Tanjungpinang,” ujarnya.
Sementara itu, Asisten Finansial Manager, Angkasa Pura I Cabang Tanjungpinang, Mohammad Alif Widodo menjelaskan, selain periode Januari hingga Mei 2019 yang mengalami kerugian Rp13 miliar, pada tahun 2018 lalu pihaknya juga mengalami kerugian yang nilainya mencapai Rp30 miliar. Hal ini karena target penumpang dalam sehari 1.000 tidak tercapai.
“Sekarang yang berangkat hanya sekitar 500 orang penumpang. Kalau dihitung, Januari-Mei Rp13 miliar kerugiannya, dibagi 5 bulan, bagi 30 hari, maka dalam sehari rugi puluhan juta,” tuturnya.
Dia juga menuturkan, untuk angkutan kargo menjadi meningkat karena sistem bagasi berbayar penumpang lebih memilih mengirimkan bawaan melalui jalur kargo, bahkan pada bulan Mei meningkat sebesar 13 persen.
“Melalui kargo lebih murah dan tidak menyulitkan mereka karena harus membawa barang bawaan saat bepergian menggunakan pesawat,” imbuhnya.
Menurut Widodo, jika kondisi ini terus berlanjut, maka bandara RHF Tanjungpinang akan terus merugi. Namun, katanya, untuk menutup kerugian itu, pihaknya harus bekerja keras untuk menawarkan kepada maskapai yang memiliki pesawat besar tersebut menambah atau membuka tiga rute baru ke Tanjungpinang.
“Untuk mencapai target 1.000 penumpang itu, harus ada tiga penerbangan pesawat besar ke Tanjungpinang, sehingga kami tidak lagi mengalami kerugian,” pungkasnya. (Alt)