Jakarta – Pesenam Amerika Serikat Simone Biles tiba di Olimpiade Tokyo dengan rekor tak terkalahkan dalam kompetisi all-around atau semua alat dalam sembilan hingga sepuluh tahun terakhir dan siap mengubah statusnya sebagai pesenam terbaik sepanjang masa.
Secara umum semua sepakat satu-satunya yang mampu mengalahkan Biles adalah Biles sendiri saat dia berpeluang besar menambah koleksi lima medali Olimpiadenya, termasuk empat medali emas, yang dia menangi dalam Olimpiade Rio pada 2016.
Mungkin selain timnas bola basket putri, Biles akan menjadi wakil Amerika Serikat yang berpeluang besar meraih medali emas dengan mudah di Jepang.
Terakhir kali Biles gagal naik podium teratas dalam kategori semua alat adalah ketika tampil pada meet di Chemnitz, Jerman, pada 2013 ketika Barack Obama saat itu baru memulai masa jabatan keduanya sebagai Presiden AS dan Donald Trump membintangi “The Apprentice”.
Sejak itu sang juara bertahan Olimpiade dan juara dunia menjadi langganan tetap naik mimbar teratas untuk membangun dinasti olahraga yang jarang terlihat belakangan ini.
Akan tetapi, meski Biles berada satu kelas di atas uji coba Olimpiade AS, terdapat celah kecil dalam kesempurnaannya.
Dia terjatuh dari balok keseimbangan, keluar dari garis batas dalam senam lantai dan tak menunjukkan penampilan terbaiknya pada palang tunggal dan sejajar.
Kesalahan-kesalahan kecil itu bukan karakteristik dia. Begitu juga air mata yang keluar ketika Biles berjuang mengatasi kekecewaan karena gagal mencapai standarnya sendiri yang tinggi.
Luapan emosi itu menunjukkan Biles adalah manusia biasa dan bukannya mesin pencetak medali yang sejauh ini mencapai rekor 25 kali finis podium pada kejuaraan dunia.
Dia bisa saja menyelesaikan uji oba dengan skor kombinasi dua hari tertinggi namun yang terlihat bukannya penampilan dominan dari pesenam berusia 24 itu ketika dia upayanya dikalahkan oleh Sunisa Lee yang mencetak poin tertinggi dalam all-around.
Melihat kegagalan itu, beberapa orang yakin Biles tidak akan panen medali emas di Tokyo nanti.
Bahkan Lee, yang bergabung dengan Biles dalam skuad empat pesenam AS, melihat apa yang terjadi dalam uji coba itu suatu kesalahan dan bukannya awal.
“Saya tahu itu mungkin tidak akan terjadi lagi,” kata Lee seperti dikutip Reuters.
Bahkan, apa yang terjadi dalam uji coba kemungkinan hanya akan memotivasi Biles.
Sebelum meninggalkan arena malam itu di St. Louis dia memberi suatu peringatan kepada siapa saja yang ingin merebut mahkotanya selama Olimpiade.
“Pulanglah, bekerja lebih keras,” kata Biles. “Ini baru awal dari perjalanan.”
“Kita masih memiliki tugas banyak yang dikerjakan.”
Di Rio, Biles menjadi atlet 16 tahun yang fenomenal. Di Jepang dia siap menjadi wajah dari Olimpiade Tokyo, meneruskan tongkat estafet Michael Phelps dan Usain Bolt, yang menjadi bintang dalam Olimpiade Beijing 2008, London 2012, dan Rio 2016.
Saat ini tidak ada pesenam yang setara dengan Biles.
Dia mendapat kehormatan tertinggi setelah namanya dipakai menamai elemen senam, bukan hanya satu tapi empat, satu di meja lompat, satu di balok keseimbangan, dan dua di lantai.
Repertoar ketrampilannya termasuk showstopper seperti double-pike vault Yurchenko yang mana dia adalah satu-satunya atlet putri yang mendarat dengan baik dalam kompetisi itu.
“Setiap kali saya turun dan bertanding itu lebih menegangkan karena saya berusaha untuk menjadi lebih baik daripada saya sendiri di kompetisi terakhir jadi saya mencoba mengalahkan diri saya sendiri,” kata Biles saat wawancara dengan NBC Today Show.
“Kadang-kadang Anda terjebak pada momen itu dan itu menakutkan karena saya tiba dan berkata, ‘Bisakah saya melakukannya lagi, bisakah saya menjadi sebaik ini?'”
Pewarta : Antara
Editor : MD Yasir