‘Singa’ Garang Asia Tenggara Tambah 8 Jet Tempur Siluman F-35B STOVL

Pesawat tempur canggih F-35B STOVL Lockheed Martin yang diopersikan USMC. (Foto:Lokcheed Martin)

SINGAPURA – Kementerian Pertahanan Singapura atau MINDEF kembali memesan 8 pesawat tempur tercanggih generasi kelima siluman, Joint Strike Fighters F-35B Short Take-Off and Vertical-Landing (STOVL).

Delapan F-35B STOVL buatan Lokcheed Martin Amerika Serikat (AS) tersebut, akan melengkapi empat pesawat tempur sekelas yang lebih dulu dibeli Maret 2019 lalu.

Dengan penambahan 8 unit F-35B STOVL, maka menjadikan Singapura sang ‘Singa’ semakin garang di kawasan Asia Tenggara. Sebab, negara kecil itu sudah melombat ke teknologi jet tempur generasi kelima.

Sementara, Indonesia masih menggunakan jet tempur dengan kelas generasi 4,5 seperti Dassault Rafale F4 bikinan Prancis yang dipesan Kementerian Pertahanan (Kemhan) RI.

RSAF berencana memensiunkan jet tempur F-16 pada pertengahan tahun 2030-an. Jet tempur paling laris di dunia itu, telah memperkuat RSAF sejak 1998.

“Semua ini telah memberi kami wawasan berharga (tentang F-35B)”, kata Menteri Pertahanan Dr Ng Eng Hen, yang mengumumkan perolehan jet tambahan selama pidatonya di debat Komite Pasokan tentang anggaran pertahanan, Jumat (24/2).

“MINDEF dan SAF telah menyimpulkan, bahwa F-35 adalah pilihan terbaik untuk memenuhi kebutuhan pertahanan kita sekarang dan di masa depan,” tamabah Dr Ng.

Baca juga: Prototipe Jet Tempur KF-21 Boramae Kursi Tandem Sukses Terbang Perdana

Evaluasi Kemampuan F-35

Untuk mengevaluasi F-35B, tim proyek yang terdiri dari personel RSAF dan Defense Science and Technology Agency (DSTA) diizinkan mengakses informasi, dan fasilitas eksklusif untuk pengguna F-35.

“Ada aspek teknis dan rekayasa evaluasi, di mana kami dapat memastikan (kemampuannya), baik dengan pemerintah Amerika Serikat dan (produsen) Lockheed Martin,” kata Kolonel (COL) Daxson Yap, yang mengepalai RSAF Air Departemen, Kamis (16/2) sebelum debat anggaran pertahanan.

Pilot-pilot RSAF telah menerbangkan simulator fidelitas tinggi, yang mampu mereplikasi kemampuan operasional F-35. Bahkan mereka juga melakukan pertukaran informasi dan interaksi profesional dengan operator F-35 yang lebih berpengalaman seperti Korps Marinir AS (USMC).

Agustus lalu, mereka terbang bersama F-35 dalam latihan tempur udara multilateral skala besar, Latihan Pitch Black yang diadakan di Australia.

“Pengalaman latihan itu memberikan informasi bagi tim proyek RSAF dan DSTA, untuk mempelajari kemampuan operasional pesawat dan kemampuannya untuk berintegrasi dengan sistem perang Angkatan Bersenjata Singapura (SAF), kata Direktur Sistem Udara di DSTA, Ang Jer Meng.

Pesawat tempur siluman kebal radar F-35 STOVL bikinan Lockheed Martin AS ketika landing vertikal. (Foto:Lockheed Martin)

“Ini memberi kami kepercayaan pada F-35 dan kami akan bekerja sama dengan pemerintah AS untuk memperoleh delapan tambahan,” tambah dia.

Menurut Defense Security Cooperation Agency (DSCA) pada tahun 2020 lalu, Kementerian Luar Negeri AS telah menyetujui sejumlah pengadaan peralatan militer ke Singapura dan salah satunya 12 unit F-35B STOVLdengan perkiraan biaya $2,750 miliar.

Pemerintah Singapura telah meminta untuk membeli pesawat F-35B STOVL empat unit, dengan opsi penambahan 8 pesawat lagi. Sekaligus 13 unit mesin Pratt dan Whitney F135.

Persetujuan itu juga termasuk pnegadaan Sistem Peperangan Elektronik, Sistem Komando, Kendali, Komunikasi, Komputer dan Intelijen/Komunikasi, Navigasi dan Identifikasi (C4I/CNI), Sistem Dukungan Global Logistik Otonom (ALGS), Sistem Informasi Logistik Otonom (ALIS), Sistem Pelatihan F-35 dan lain-lain. Total perkiraan biaya adalah $ 2,750 miliar.

Penjualan yang diusulkan ini akan mendukung kebijakan luar negeri, dan tujuan keamanan nasional Amerika Serikat. Singapura adalah teman strategis dan Mitra Kerjasama Keamanan Utama dan kekuatan penting bagi stabilitas politik dan kemajuan ekonomi di kawasan Asia Pasifik.

Baca juga: Kekuatan Udara Indonesia Harus Setara dengan Tetangga