Sosiolog: Balap Liar Marak karena Kurang Kontrol Sosial

Sri Wahyuni
Sosiolog Universitas Maritim Raja Ali Haji, Tanjungpinang, Sri Wahyuni. (Foto: Dok/Sri Wahyuni)

TANJUNGPINANG – Sosiolog dari Universitas Maritim Raja Ali Haji (UMRAH) Kota Tanjungpinang, Sri Wahyuni, menyoroti fenomena balap liar, perang sarung di Provinsi Kepulauan Riau (Kepri).

Menurutnya, hal tersebut bisa terjadi karena kontrol sosial terhadap remaja tidak berjalan. Lemahnya kontrol sosial dari keluarga dan masyarakat membuat mereka memanfaatkan situasi melakukan penyimpangan sosial (perbuatan yang tidak sesuai nilai dan norma di masyarakat).

“Apalagi di bulan puasa ini mereka bisa jadikan tarawih sebagai alasan untuk keluar rumah di malam hari,” ungkap Dosen Sosiologi UMRAH yang akrab disapa Yuni ini.

Terutama terkait balap liar, Yuni menyayangkan sikap orang tua yang justru memberikan izin kepada anaknya mengendarai motor, padahal belum memiliki SIM.

Menurutnya, terkadang orang tua membelikan kendaraan bermotor untuk anaknya, hanya supaya bisa menunjukan eksistensinya belaka. Mereka ingin menampakkan bahwa sudah mapan secara ekonomi.

Padahal sambung Yuni, secara hukum anak-anak ini belum punya hak menggunakan kendaraan bermotor karena belum cukup umur.

“Kan regulasi ada yang mengatur, yang boleh mengendarai motor adalah warga yang telah memiliki identitas, KTP dan SIM,” ujarnya.

Yuni menjelaskan sebenarnya proses pembuatan SIM dengan mengikuti ‘test drive’ ujian mengendarai motor di kepolisian merupakan sebuah kontrol sosial yang telah ada. Namun sayang, banyak orang tua yang mengabaikan hal tersebut.

“Karena anak-anak remaja ini tidak melalui proses itu, mereka jadi sesuka hati saja,” ungkapnya.

Yuni tidak menampik, merupakan hal wajar remaja melakukan beberapa kenakalan, hal ini disebabkan karena mereka sedang dalam proses pencarian jati diri. Sehingga keinginan validasi mereka untuk diakui lingkungan sangatlah tinggi.

“Masa remaja itu kan masa yang labil, masa untuk pembuktian diri. Nah ada yang caranya positif lewat prestasi, ada juga yang mengambil jalan negatif seperti balap liar,” ujarnya.

Yuni pun menyarankan agar diciptakan kerja sama antara orang tua, masyarakat dan kepolisian dalam melakukan kontrol sosial dalam menghadapi kenakalan remaja seperti balap liar maupun perang sarung yang bahkan terkesan seperti tawuran.

“Semua pihak harus bisa mengingatkan anak maupun remaja tersebut tanpa kekerasan,” ucapnya.

Baca juga: Gubernur Kepri Respons Aksi Perang Sarung Marak saat Ramadan

Menurut Yuni harus ada pendekatan persuasif terhadap remaja yang mengalami penyimpangan sosial. Menurutnya kepolisian dapat membuat sebuah program, dimana anak-anak remaja dapat duduk dan berdiskusi bersama menjelang berbuka puasa.

“Di sana nanti bisa didengarkan ditelusuri yang mereka mau sehingga dunia mereka dapat dikenali ,” ungkap Yuni. (*)