Warga Kamboja Meninggal Terinfeksi Flu Burung Clade, Kemenkes Perketat Pintu Masuk

Hang Nadim Batam
Ruang check-in Bandara Hang Nadim Batam. (Foto: Muhamad Ishlahuddin/Ulasan.co)

JAKARTA – Otoritas Kesehatan Kamboja temukan dua kasus flu infeksi burung clade 2.3.2.1c. yang menyerang manusia, dan salah satunya dilaporkan meninggal dunia.

Munculnya kasus flu burung clade yang menyerang warga Kamboja tersebut, tentunya menjadi perhatian bagi Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).

Untuk itu, Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI telah menginstruksikan jajarannya termasuk Kantor Kesehatan Pelabuhan (KKP) untuk meningkatkan pengawasan terhadap pelaku perjalanan dalam negeri dan luar negeri.

Sekaligus memperketat pengawasan mulai dari jalur darat, laut dan udara seperti pelabuhan, bandar udara dan pos lintas batas darat negara.

Menyikapi hal itu, Dirjen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kemenkes RI, Maxi Rein Rondonuwu di Jakarta, Senin (27/2) menyampaikan, pengawasan di pintu masuk negara sebagai bentuk kewaspadaan dini.

“Melakukan pemeriksaan dan penanganan kasus jika ditemukan perilaku perjalanan yang memiliki gejala ILI, sesuai pedoman yang berlaku. Melakukan sosialisasi dan koordinasi dengan seluruh lintas sektor yang berada di wilayah kerja KKP,” kata Maxi.

Kepada masyarakat, Maxi mengimbau, agar selalu menerapkan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS), melaporkan kepada dinas peternakan apabila ada kematian unggas secara mendadak dan dalam jumlah yang banyak di lingkungannya.

Kemudian, masyarakat diminta segera ke fasilitas kesehatan apabila mengalami gejala flu burung dan ada riwayat kontak dengan faktor risikonya.

Baca juga: Peternak Diimbau Waspadai Penyakit Kulit LSD yang Menyerang Sapi

Flu Burung Clade Kamboja

Temuan flu Burung di Kamboja sebelumnya, Direktur Pascasarjana Universitas YARSI yang juga mantan Direktur Penyakit Menular WHO Asia Tenggara, Prof Tjandra Yoga Aditama mengatakan, berdasarkan hasil analisa sampel pasien Kamboja, dan penyebabnya adalah H5N1 clade 2.3.2.1c.

“Jenis tersebut berbeda dengan yang ditemukan di peternakan bebek peking tepatnya Kalimantan Selatan,” kata Prof Tjandra.

“Kasus pertama adalah anak berusia 11 tahun, yang gejala dan perburukannya cepat sekali. Sama seperti kasus Flu Burung di Indonesia beberapa tahun yang lalu,” kata Tjandra.

Tjandra melaporkan, pasien tersebut mulai bergejala 16 Februari 2023. Lalu diobati di fasilitas rumah sakit setempat, hingga terdiagnosa pneumonia berat per 21 Februari 2023.

Bahkan pasien tersebut sempat menjalani perawatan intensif di National Pediatric Hospital, namun sudah dinyatakan meninggal pada 22 Februari 2023.

Tjandra juga mengatakan, Pemerintah Kamboja telah bergerak cepat memeriksa PCR pasien yang diambil pada 21 Februari 2023 melalui Sentinel Severe Acute Respiratory Infection (SARI).

“Ini menunjukkan surveilan berjalan di lapangan, dan langsung dinyatakan PCR positif. Sampel juga langsung dikirim juga Institute Pasteur Cambodia yang merupakan National Influenza Center (NIC) yang mengonfirmasi kepositifan pasien,” katanya.

Selain itu, Kamboja langsung mengirimkan data genetik flu burung clade 2.3.2.1c ke Global Initiative on Sharing All Influenza Data (GISAID).

“Surveilan dan kecepatan proses seperti ini yang tentunya harus dilakukan di lapangan, termasuk juga di negara kita,” katanya.

Langkah Mitigasi Penyebaran H5N1 Clade 2.3.4.4b

Kepala Biro Komunikasi dan Pelayanan Publik Kemenkes RI, Siti Nadia Tarmizi mengatakan, bahwa jajarannya saat ini melakukan mitigasi penularan Flu Burung clade baru.

Mitigasi di Indonesia diutamakan pada daerah yang berhubungan dengan unggas dan satwa liar. “Fokus mitigasi berada di lokasi peternakan unggas atau wilayah konservasi satwa liar yang perlu pengawasan ketat terhadap kemungkinan penularan Flu Burung ke manusia,” kata Siti Nadia.

Ia menambahkan, pihaknya telah berkoordinasi dengan Kementerian Pertanian (Kementan) RI serta Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) untuk penanggulangan Flu Burung.

Kementan telah mengidentifikasi positif virus H5N1 clade 2.3.4.4b, melalui uji PCR dan sekuencing di peternakan komersial bebek peking yang tidak divaksin di Kalimantan Selatan.

“Kami sudah berkoordinasi dengan Kementan dan KLHK untuk mengantisipasi situasi ini, dengan melakukan rapat koordinasi pada 15 Februari 2023 untuk merespons SE Dirjen Peternakan dan Kesehatan Hewan–Kementan Nomor 16183 tahun 2023 tentang Peningkatan Kewaspadaan terhadap Highly Pathogenic Avian Influenza subtype H5N1 Clade 2.3.4.4b,” katanya dilansir dari tvonenews.

Baca juga: BPOM Batam Temukan Satu dari 54 Sampel Ikan Asin Mengandung Formalin