93 Warga Gunung Kidul DIY Positif Antraks, Tiga Meninggal Dunia

Hewan Kurban
Proses pemotongan sapi kurban di Masjid Agung Batam Center. (Foto:Muhammad Chairuddin)

YOGYAKARTA – Warga di Kabupatwen Gunung Kidul, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) meninggal dunia karena terpapar pengakit Antraks usai mengonsumsi daging sapi.

Sebelumnya, terkonfirmasi warga yang meninggal akibat Antrak di Gunung Kidul satu orang, kemudian bertambah lagi dua orang.

Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI mengungkapkan, total warga Kabupaten Gunungkidul, DIY yang meninggal usai dinyatakan menjadi tiga orang. Ketiga orang tersebut berasal dari Kecamatan Semanu.

Kepala Biro Komunikasi dan Pelayanan Masyarakat Kemenkes RI, Siti Nadia Tarmizi menyebutkan, tiga orang itu terhitung dalam 93 warga yang terindikasi positif terkena antraks.

Puluhan orang yang terindikasi positif terpapar antraks tersebut, lantaran usai mengkonsumsi daging sapi yang diduga tidak sehat atau mati karena sakit.

“Yang meninggal tiga orang di Semanu, yang Karangmojo tidak ada yang meninggal, tapi dalam pemeriksaannya positif ada antraks di dalam tubuhnya,” kata Nadia di Kompleks Parlemen, Jakarta, Selasa (4/7).

Kemenkes saat ini tengah berkoordinasi dengan dinas kesehatan di Gunung Kidul, untuk melakukan penyelidikan epidemiologi penyebab puluhan warga yang terpapar antraks.

Misalnya, lanjut Nadia, apakah karena mengkonsumsi hewan ternak yang positif terkena antraks. Atau sumber makanan sapi diperoleh dari rumput, atau tanah yang terpapar spora bakteri antraks.

“Karena virus antraks sangat kuat di dalam tanah, dia tidak gampang mati,” kata dia.

Lebih lanjut, Nadia kemudian mewanti-wanti agar seluruh masyarakat Indonesia, khususnya warga Gunungkidul yang tercatat sering melaporkan kasus antraks, untuk lebih berhati-hati saat mengkonsumsi hewan ternak.

Nadia juga mengimbau, apabila masyarakat di Indonesia mengetahui sapi atau kambing yang tiba-tiba sakit atau menunjukkan gejala antraks, maka hewan ternak itu harus langsung dibunuh dan dikubur bukan dijual atau dikonsumsi.

Ia juga mengingatkan, agar masyarakat untuk mengolah daging secara bersih dan matang. Nadia juga meminta agar dinas peternakan selalu memberikan edukasi kepada warga serta memeriksa hewan ternak para warga apabila terjadi anomali.

“Misalnya konsumsi terbesar saat kurban, makanya kita selalu mengatakan hewan kurban harus dilakukan pengecekan ke dinas peternakan,” ujar Nadia dikutip dari cnnindonesia.