Peresean Kesenian Khas Lombok Pukau Masyarakat Belakang Padang

Peresean Kesenian Khas Lombok Pukau Masyarakat Belakang Padang
Aksi dua petarung saat penampilan Peresean di Belakang Padang, Batam, Kepri. (Foto: Muhammad Islahuddin)

BATAMPeresean kesenian tradisional khas suku Sasak, Lombok, Nusa Tenggara Barat (NTB), pukau masyarakat Belakang Padang, Batam, Kepulauan Riau.

Kesenian ini ditampilkan Ikatan Keluarga Besar Lombok (Ikbal) Batam dalam peringatan HUT ke-77 RI di Kecamatan Belakang Padang pada Rabu (17/08).

Ratusan warga terlihat memadati area dataran Lang Laut, Belakang Padang, menyaksikan penampilan dua lelaki petarung berenjatakan rotan (Penjalin) dan saling tangkis dengan tamengnya yang terbuat dari kulit kerbau (Ende).

Sorak sorai dan tepuk tangan penonton membuat penampilan kesenian itu semakin meriah. Suara pukulan rotan yang menghatam tameng membuat mata warga fokus dalam pertunjukan itu.

Tabuhan musik tradisional yang mengiri pertunjukan juga membuat semua warga semakin antusias menyaksikannya.

Camat Belakang Padang, Yudi Admajianto mengatakan, pihaknya menampilkan kesenian ini untuk memperkenalkan tradisi seni dan budaya Lombok kepada masyarakat Kepulauan Riau, khususnya Belakang Padang.

“Festival seperti ini merupakan kesempatan yang baik untuk memperkenalkan budaya Indonesia yang beragam,” kata Yudi, Rabu (17/8).

Baca juga: Merawat Tradisi Sampan Layar di Perbatasan Negeri

Sementara itu, seorang warga, Ferdi, mengakui sangat terhibur dengan kesenian tersebut. Ia tak pernah menyaksikan ini sebelumnya.

“Ini baru pertama kali lihat, sangat menarik. Tapi seram juga lihatnya. Mukulnya bukan main-main, sampai berbekas di badan,” kata dia.

Sementara itu, Sekretaris Ikbal Batam, Sana’an Sabahuddin mengatakan, pihaknya telah melakukan latihan sejak dua bulan terkahir sebelum tampil di Belakang Padang. “Ini baru pertama kali kita adakan di Belakang Padang. Sebelumnya sudah beberapa kali, saat acara Begawe Belek di Sei Beduk juga kita tampilkan,” kata dia.

Ia sangat senang dan bangga, budaya Sasak Lombok diterima di kalangan masyarakat Melayu, khususnya Belakang Padang. “Banggalah bisa menampilkan kesenian kita untuk masyarakat di sini. Semoga tidak mengecewakan,” tutupnya. (*)