BATAM – Modus penyelundupan ponsel ilegal terus berkembang, dan Bandara Hang Nadim tidak tinggal diam. Setelah beberapa kasus terungkap, pengelola bandara kini berpacu menutup celah dengan teknologi canggih dan sistem keamanan berlapis untuk mengantisipasi taktik baru para pelaku.
Direktur Utama PT Bandara Internasional Batam (BIB), Pikri Ilham Kurniansyah, menegaskan bahwa pihaknya berkomitmen menjaga keamanan, keselamatan, serta kenyamanan penerbangan. Meski pengawasan lalu lintas barang menjadi ranah Bea Cukai dan instansi terkait seperti Kementerian Perdagangan dan Bank Indonesia, bandara tetap berperan aktif dalam mencegah penyelundupan.
“Pada dasarnya, semua pengawasan berada di bawah Bea Cukai, tetapi penyelundupan adalah kejahatan yang harus kita lawan bersama,” ujarnya.
Sebagai langkah strategis, Bandara Hang Nadim kini memperketat pemeriksaan X-ray dan bagasi, bekerja sama dengan Bea Cukai untuk menempatkan petugas di setiap titik akses. Seluruh sistem pengawasan telah terintegrasi, memungkinkan koordinasi cepat antara Bea Cukai, imigrasi, dan karantina.
Penyelundup terus berinovasi. Salah satu modus yang kerap digunakan adalah membawa ponsel bekas tanpa kemasan agar tampak seperti barang pribadi saat melewati X-ray.
“Kita tidak tahu kalau hari ini dia bawa satu, besok satu lagi. Dari hasil X-ray, ini terlihat seperti pemakaian pribadi, karena tanpa box. Tapi kalau ada ponsel baru, petugas akan langsung lakukan pemeriksaan,” jelas Pikri.
Menanggapi hal ini, pengawasan tidak hanya dilakukan di satu titik tetapi berlapis hingga ke dalam area bandara. Teknologi terbaru memungkinkan pemantauan perilaku penumpang sejak kedatangan hingga boarding, sehingga gerak-gerik mencurigakan bisa terdeteksi lebih awal.
Bandara Hang Nadim juga melakukan perombakan sistem akses. Jika sebelumnya ada lima pintu masuk, termasuk untuk karyawan, petugas, dan tenan, kini hanya ada satu pintu masuk tunggal yang diawasi ketat oleh Bea Cukai.
“Dulu terlalu banyak akses, sekarang hanya satu. Ini untuk memastikan setiap orang yang masuk benar-benar terawasi,” katanya.
Selain itu, pembinaan mental pegawai juga menjadi fokus utama. Nilai profesionalisme, produktivitas, dan kerja sama diterapkan untuk mencegah adanya oknum yang tergoda melakukan pelanggaran.
“Kami tidak menutup mata bahwa selalu ada risiko oknum tergiur iming-iming tertentu. Oleh karena itu, selain pengawasan ketat, kami juga memastikan kesejahteraan pegawai terjaga,” tambahnya.
Pengawasan terhadap tenan di dalam bandara menjadi tantangan tersendiri. Pemegang airport pass resmi memiliki akses lebih luas, yang berpotensi dimanfaatkan untuk penyelundupan.
“Jika seorang tenan membawa satu ponsel bekas di tangan atau di dalam tasnya, itu tidak bisa langsung dicegah. Bea Cukai pun tidak bisa serta-merta menindak karena dianggap barang pribadi,” ujarnya.
Baca juga: Bea Cukai Batam Perketat Pengawasan Penyelundupan Ponsel
Namun, jika praktik ini dilakukan berulang kali satu ponsel setiap hari, maka dalam waktu singkat jumlahnya bisa menjadi banyak dan akhirnya diselundupkan. Karena itu, pengawasan di area boarding setelah X-ray kini diperketat.
Pikri menyadari bahwa para pelaku akan terus mencari celah dan beradaptasi dengan setiap kebijakan baru.
“Penjahat selalu satu langkah di depan, mereka akan terus mencari cara baru. Tapi kami pun tidak tinggal diam. Dengan teknologi, koordinasi tim, dan strategi yang terus diperbarui, kami siap menghadapi setiap tantangan,” tegasnya.
Bandara Hang Nadim kini bukan hanya sekadar tempat transit, tetapi juga benteng pertahanan melawan penyelundupan. Dengan pengawasan berlapis, kerja sama instansi terkait, dan pemanfaatan teknologi, celah yang dulu dimanfaatkan para pelaku kini semakin tertutup. (*)
Ikuti Berita Ulasan.co di Google News