BINTAN – Cagar budaya di Kampung Gisi, Desa Tembeling, Kecamatan Teluk Bintan, Kabupaten Bintan, Kepulauan Riau, terancam akan pembangunan estuari dam di daerah tersebut.
Cagar budaya yang dimaksud adalah makam leluhur Tun Setia atau Sang Setia. Warga setempat hingga kini masih menjaga dan berziarah ke makam leluhurnya.
Ketua RT 02 Kampung Gisi, Syahril mengatakan, makam bersejarah ataupun makam tertua di Kampung Gisi merupakan makam Tun Setia atau Sang Setia.
Ia menyebut, warga Kampung Gisi khawatir jika wacana pembangunan estuari dam benar dilakukan, maka akan ada situs makam bersejarah yang akan ikut terendam.
“Sampai saat ini, kami belum tahu pasti kapan wacana ini akan dilakukan. Tapi yang jelas, jika itu terjadi makam ini pasti akan terkena dampak,” katanya di Kampung Gisi.
Ia menambahkan, selama ini warga rutin berziarah ke makam leluhurnya, terutama di momen penting seperti Maulid Nabi.
“Tun Setia meninggal tahun 1526 seperti yang tertera di papan. Tapi kalau cerita seperti apa sosok beliau, kami tidak mengetahui jelasnya seperti apa,” ucapnya.
Syahril mengaku, bukan hanya warga Kampung Gisi yang berziarah ke Makam Tun Setia. Namun ada juga warga dari kampung lain darang berziarah ke makam tersebut.
“Warga sini biasanya pas maulid nabi. Selain doa, kami juga membawa pulut dan bunga telor. Kemudian pulut dan bunga telor itu kami makan bersama setelah memanjatkan doa,” jelasnya.
Baca juga: Sekda Bintan Belum Dapat Kejelaaan PSN Estuari Dam Busung dan Teluk Bintan
Ia menerangkan, selain dampak terhadap makan bersejarah yang sudah ditetapkan sebagai cagar budaya sejak tahun 2010 itu, warga yang berprofesi sebagai nelayan juga akan berdampak.
“Kalau kami disini 80 persen nelayan. Jika dam itu dibuat, maka warga Teluk Bintan yang menjadi nelayan dan berkumpul di perairan ini akan kehilangan mata pencarian,” ungkapnya.
Sementara itu, salah seorang nelayan Kampung Gisi, Deni menyebut, pasrah jika wacana pembangunan estuari dam dilakukan, karena nelayan merupakan pekerjaan satu-satunya.
“Mau gimana lagi, kami rakyat kecil hanya bisa pasrah. Tapi yang jelas kami menolak dan berdoa agar pembangunan itu tidak jadi,” pungkasnya. (*)
Ikuti Berita Ulasan.co di Google News