TANJUNGPINANG – Kebiasaan mencampuradukkan bahasa Indonesia dengan bahasa asing menjadi ancaman bagi eksistensi Trigatra Bangun Bahasa yakni utamakan bahasa Indonesia, lestarikan bahasa daerah dan kuasai bahasa asing.
Pemenang II Putri Duta Bahasa Kepri 2023, Nur Aini Aqiela mengungkapkan, hal itu menjadi kendala para Duta Bahasa Kepulauan Riau (Kepri) dalam menyosialisasikan Trigatra Bangun Bahasa. Terutama pada generasi muda di era modern saat ini.
Menurutnya, banyak sekali anak muda yang mencampurkan bahasa Indonesia dengan bahasa asing saat berbicara dan di media sosial.
“Hal itu yang jadi kebiasaan bagi generasi muda. Terutama di saat ini yang mana mengakses dunia luar itu sangat mudah,” kata Aini.
Baca Juga: Lewat Kemah Literasi, Kantor Bahasa Kepri Tingkatkan Minat Baca Generasi Muda
Padahal seharusnya, generasi muda turut aktif untuk menjadi penggerak dan contoh dalam mempertahankan bahasa Indonesia.
Meskipun dalam Trigana Bangun Bahasa, terdapat juga porsi bahasa asing. Namun, bukan berarti dapat mencampurkannya sesuka hati. Begitu pula dengan bahasa daerah yang kelestariannya harus terjaga.
“Dengan adanya partisipasi anak muda, semoga bisa menjadi penggerak agar dapat melestarikan bahasa indonesia dan bahasa daerah, terutama di Kepri,” ujarnya.
Baca Juga: Ikadubas Kepri Blusukan ke Taman Bacaan Masyarakat
Hal senada juga diucapkan oleh Kanaya Aswara, Pemenang I Putri Duta Bahasa Kepri 2023. Ia menyebut, sosialisasi untuk generasi muda dapat dilakukan dengan berbagai cara dan dari siapa saja.
Misalnya saja melalui penulisan artikel dan aktif menggalakkan Trigatra Bangun Bahasa di media sosial.
“Kita juga turun ke masyarakat, untuk menyosialisasikan penggunaan bahasa. Kadang kita bersama Kantor Bahasa juga ke sekolah-sekolah,” ucap Kanaya.
Untuk itu, para Duta Bahasa Kepri mengajak seluruh masyarakat khususnya generasi muda untuk turut aktif dalam menyosialisasikan Trigatra Bangun Bahasa.