IndexU-TV

Cerita Pedagang Gorengan, Jual Cincin Emas Satu-satunya Untuk Tetap Hidup

Santi, pedagang gorengan saat menjajakan daganganya di kawasan Simpang Kara, Kota Batam. (Foto: Irvan Fanani)

Bagi sebagaian orang menyebut Kota Batam adalah miniaturnya Indonesia. Tempatnya para pencari kerja. Hal ini terlihat dari berbagai penjuru tanah air datang untuk mencari peruntungan hidup dikota ini. Begitu juga dengan Santi (44) yang berasal dari Sumatera Selatan.

Ia datang pada 2015 lalu bersama putrinya Nisa yang masih berusia 7 tahun dengan sejuta harapan. Pasalnya, biduk rumahtangga yang sudah dibangun bersama suaminya harus pecah pada 2013 silam. Berbagai jalan dia lalui untuk dapat bekerja.

Setahun setelah menetap di Batam, akhirnya Santi harus merelakan menjual satu-satunya harta berharga miliknya untuk membuka usaha jualan gorengan. “Saya jual cincin emas satu-satunnya yang saya punya saat itu untuk modal jualan gorengan ini. ,” kata Santi sambil terpancar wajah sedihnya.

Dirinya memulai usaha di salah satu sudut jalan di kawasan yang lebih dikenal dengan sebutan Simpang Kara, tampak sebuah gerobak gorengan kecil yang saban hari dikerumuni pembeli. Mereka adalah para pekerja di kawasan Batam Centre, yang mencari bahan pengobat lapar dalam bentuk adonan aneka jenis makanan seperti ubi, pisang goreng, tahu dan sayur-sayuran yang dicelupkan ke dalam tepung dan digoreng.

Tepatnya di Jalan Bakal, Simpang Kara, Batam Centre, Kota Batam, Kepulauan Riau, lapak itu bertengger di sebelah kiri jalan, di depan Perumahan Golden Land. Mulai berjualan sejak pukul 17.00 sore hingga pukul satu dini hari.

Saat itu, Santi tampak sedang sibuk mengaduk adonnan gorengan sebelum dicelupkan di atas kuali sambil melayani pembeli. Ia tak keberatan bercerita tentang perjalanan usahanya, meskipun sedang sibuk dengan perkara goreng-menggoreng dan melayani pembeli.

“Sudah 9 tahun saya berjualan gorengan, ini bermula saat saya harus pisah (cerai) sama suami,” ujar Santi memulai ceritanya.

Exit mobile version