IndexU-TV

Pedagan Ayam Pasar Encik Puan Perak Cekcok dengan BUMD Tanjungpinang

Pasar Encik Puan Perak
Pedagang ayam bersama pihak BUMD Tanjungpinang saat diskusi. (Foto: Andri Dwi Sasmito)

TANJUNGPINANG – Pedagang ayam cekcok dengan pihak  Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) Tanjungpinang terkait pemindahan dari area parkir ke Gedung Pasar Encik Puan Perak Blok B-C, Sabtu 20 Juli 2024.

Percekcokan itu bermula saat pihak PT Tanjungpinang Makmur Bersama (TMB) milik BUMD ingin memindahkan para pedagang.

“Kami bukan mau cari ribut. Tapi, kami meminta kepastian meja permanen untuk jualan saja,” kata Roni salah seorang pedagang setelah selesai diskusi dengan pihak BUMD Tanjungpinang.

Roni menuturkan, awalnya pihak BUMD Tanjungpinang meminta pedagang untuk pindah lapak dari area parkiran ke dalam gedung Pasar Encik Puan Perak Blok D.

“Setelah pindah ke dalam, ada pedagang lain mengklaim meja yang ditempati miliknya untuk berjualan,” ujarnya.

Kemudian Roni bersama temannya jualan tidak berjualan ayam di dalam pasar tersebut. “Kami tidak ada meja untuk jualan,” katanya.

Oleh karena itu, ia meminta kepastian lapak atau meja untuk mereka berjualan.

“Kalau disediakan permanen kami mau. Tadi sudah ada kejelasan. Makanya kita pindah besok (Minggu) jualan ke dalam pasar,” ujarnya.

Baca juga: BUMD Tanjungpinang Biarkan Pedagang Jualan di Parkiran Pasar Encik Puan Perak

Dalam dalam kesempatan itu, Direktur PT TMB, Windrasto Dwi Guntoro menyebut, ada 10 penjual ayam yang awalnya berjualan di area parkiran dan dipindahkan ke dalam Pasar Encik Puan Perak Blok Blok B-C mulai Ahad 21 Juli 2024.

“Nanti, kita kasih surat penempatan menggunakan meja berjualan,” ucap Guntoro usai diskusi dengan penjual ayam tersebut.

Di dalam pasar tersebut, kata Guntoro, tidak hanya penjual ayam saja yang berjualan. Tetapi, ada pedagang lainnya, seperti pedagang sayur, pedagang bumbu, hingga pedagang buah.

“Kita punya 24 meja jualan untuk penjual ayam. Kalau penjual ayam lainnya gabung, ya, silakan saja gabung ke dalam pasar,” terang dia.

Selama menggunakan meja jualan, pihaknya mengenakan tarif sewa meja sebesar Rp200.000 per bulan. Uang tersebut digunakan untuk operasional, seperti pembayaran listrik, air, kebersihan hingga keamanan di pasar.

“Dari pada di tempat lain, tarifnya Rp600 ribu. Mahal. Kita murah dan cukup membantu pedagang,” sebut dia. (*)

Ikuti Berita Ulasan.co di Google News

Exit mobile version